JAKARTA. Meski tren harga timah terus menjulang dan berpeluang memberi keuntungan, namun PT Timah Tbk (TINS) tidak akan menahan stoknya. Menurut Abrun Abubakar, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, harga timah bisa menembus US$ 28.000 per metrik ton akibat melorotnya produksi timah dunia. ”Kita tidak akan menahan stok setiap produksi akan langsung kita jual,” kata Abrun di Jakarta, Jumat (8/10). Seperti dikutip oleh Metal Bulletin Journals, seorang broker yang tak disebut namanya menjelaskan, harga timah bisa mencapai US$ 30.000 per metrik hingga akhir tahun 2010; bahkan melonjak lagi hingga US$ 35.000 per metrik ton di tahun 2011. Trader lainnya mengatakan, kenaikan ini dipicu oleh turunnya produksi di Indonesia dan penutupan tiga tambang timah di Democratic Republic of Congo. Berdasarkan data triwulan II, persediaan timah TINS terbagi dalam empat katagori, yaitu bijih timah 1.757 ton, terak 6.888 ton, logam 2.722 Mton dan 392 ton. Menurut Abrun, stok yang bisa dijual adalah logam, karena sudah jadi dan siap dijual. Sedang stok yang harus selalu ada sebesar 4000 ton untuk kontrak penjualan yang sudah disepakati.Produksi TINS tahun ini diprediksi akan melorot akibat curah hujan yang ekstrim. Awalnya, PT Timah mematok target produksi timah tahun ini sebesar 45.000 ton, namun diturunkan menjadi 40.000 ton. Mengutip Bloomberg, timah merupakan komoditi metal dengan kinerja terbaik tahun ini, dan telah meningkat sekitar 56% ditengah spekulasi bahwa gangguan suplai dari China dan Indonesia akan memangkas persediaan timah global. Hari ini, timah diperdagangkan di level US$ 26.790 per di London Metal Exchange, level yang paling tinggi dari yang pernah ada. Venture Minerals Ltd., yang tengah membangun pertusahaan pertambangan di Tasmania, menegaskan, tipisnya suplai timah di pasar global ini kemungkinan akan berlanjut hingga lima tahun ke depan. "Harga timah akan terus menanjak seiring dengan cuaca yang buruk akan mengganggu produksi dan diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun depan," kata Sekretaris Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi Kementerian ESDM Witoro S Soelarno, Rabu (6/10). Witoro memperkirakan, produksi timah dari Indonesia kemungkinan akan anjlok sekitar 20% menjadi 85.000 ton karena curah hujan yang ekstrim. Timah merupakan komoditi metal pertama yang menembus rekor sejak krisis finansial di tahun 2008; melampaui tembaga, nikel dan zinc. Metal ini, yang jamak digunakan untuk solder dan kemasan, menyentuh rekor terendahnya di level US$ 9.700 per ton pada bulan Desember lalu seiring dengan permintaan yang anjlok. Hari ini, harga kontrak timah naik sebesar 3,3%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Meski harga naik, TINS tak akan tahan stok
JAKARTA. Meski tren harga timah terus menjulang dan berpeluang memberi keuntungan, namun PT Timah Tbk (TINS) tidak akan menahan stoknya. Menurut Abrun Abubakar, Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, harga timah bisa menembus US$ 28.000 per metrik ton akibat melorotnya produksi timah dunia. ”Kita tidak akan menahan stok setiap produksi akan langsung kita jual,” kata Abrun di Jakarta, Jumat (8/10). Seperti dikutip oleh Metal Bulletin Journals, seorang broker yang tak disebut namanya menjelaskan, harga timah bisa mencapai US$ 30.000 per metrik hingga akhir tahun 2010; bahkan melonjak lagi hingga US$ 35.000 per metrik ton di tahun 2011. Trader lainnya mengatakan, kenaikan ini dipicu oleh turunnya produksi di Indonesia dan penutupan tiga tambang timah di Democratic Republic of Congo. Berdasarkan data triwulan II, persediaan timah TINS terbagi dalam empat katagori, yaitu bijih timah 1.757 ton, terak 6.888 ton, logam 2.722 Mton dan 392 ton. Menurut Abrun, stok yang bisa dijual adalah logam, karena sudah jadi dan siap dijual. Sedang stok yang harus selalu ada sebesar 4000 ton untuk kontrak penjualan yang sudah disepakati.Produksi TINS tahun ini diprediksi akan melorot akibat curah hujan yang ekstrim. Awalnya, PT Timah mematok target produksi timah tahun ini sebesar 45.000 ton, namun diturunkan menjadi 40.000 ton. Mengutip Bloomberg, timah merupakan komoditi metal dengan kinerja terbaik tahun ini, dan telah meningkat sekitar 56% ditengah spekulasi bahwa gangguan suplai dari China dan Indonesia akan memangkas persediaan timah global. Hari ini, timah diperdagangkan di level US$ 26.790 per di London Metal Exchange, level yang paling tinggi dari yang pernah ada. Venture Minerals Ltd., yang tengah membangun pertusahaan pertambangan di Tasmania, menegaskan, tipisnya suplai timah di pasar global ini kemungkinan akan berlanjut hingga lima tahun ke depan. "Harga timah akan terus menanjak seiring dengan cuaca yang buruk akan mengganggu produksi dan diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun depan," kata Sekretaris Ditjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi Kementerian ESDM Witoro S Soelarno, Rabu (6/10). Witoro memperkirakan, produksi timah dari Indonesia kemungkinan akan anjlok sekitar 20% menjadi 85.000 ton karena curah hujan yang ekstrim. Timah merupakan komoditi metal pertama yang menembus rekor sejak krisis finansial di tahun 2008; melampaui tembaga, nikel dan zinc. Metal ini, yang jamak digunakan untuk solder dan kemasan, menyentuh rekor terendahnya di level US$ 9.700 per ton pada bulan Desember lalu seiring dengan permintaan yang anjlok. Hari ini, harga kontrak timah naik sebesar 3,3%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News