KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum dalam mengerek laju inflasi bulan Mei 2021. Tak hanya sejumlah harga barang, konsumsi masyarakat pun ikut meningkat. Sayangnya, peningkatan daya beli masyarakat hanya bersifat sementara. Sebab, daya beli masih dibayangi kasus positif Covid-19 yang terus naik. Laju inflasi Mei tahun ini, diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan pada seluruh komponen pendorong inflasi. Baik harga pangan bergejolak (volatile food), harga yang diatur pemerintah (administered prices), dan inflasi ini (core inflation).
Baca Juga: Proyeksi inflasi bisa sampai 4% tahun depan, begini penjelasan Sri Mulyani Dari sisi volatile food, berdasarkan hasil survei pemantauan harga (SPH) hingga minggu keempat Mei 2021 yang dilakukan bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa sejumlah harga pangan meningkat. Di antaranya, daging ayam ras yang naik 0,06%, serta daging sapi naik 0,03%, jeruk dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02%, kelapa, kangkung, kentang, bayam, udang basah, ikan tongkol, dan ikan kembung masing-masing sebesar 0,01%. Walaupun, ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menghambat laju inflasi, yaitu cabai rawit dan cabai merah serta telur ayam ras. Perkiraan BI, inflasi Mei tahun ini hanya akan mencapai 0,28%. Meski angka tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi April lalu yang teracatat 0,13% mom.. Dari sisi administered prices, Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat adanya kenaikan tarif transportasi, bahkan sebelum masa pelarangan mudik maupun setelah masa larangan mudik yang berlangsung selama dua pekan. Baca Juga: Gubernur BI ungkap hal yang perlu diwaspadai untuk jaga stabilitas pasar keuangan Sedangkan dari sisi inflasi inti, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan pada momen hari raya dan meningkatnya harga emas.