Meski Kinerja Lesu di Kuartal Ketiga, Saham Emiten Telekomunikasi Tetap Menawan



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Daya beli masyarakat yang lemah telah berdampak pada performa emiten operator telekomunikasi di kuartal ketiga 2024. Ke depan, Pilkada dan liburan akhir tahun diharapkan jadi katalis positif bagi sektor telekomunikasi.

Analis Verdhana Sekuritas Nicholas Santoso menyoroti, daya beli yang lemah umumnya yang memengaruhi pendapatan seluler di kuartal ketiga 2024. Dengan kondisi tersebut, maka persaingan yang berkelanjutan khususnya di bisnis seluler telah menyulitkan operator telekomunikasi untuk menaikkan harga.

Efek lesunya kondisi perekenomian itu telah tercermin pada kinerja emiten telekomunikasi. Lihat saja, PT Indosat Tbk (ISAT) yang melaporkan laba bersih sebesar Rp 1,1 triliun, turun 21% secara kuartalan (qoq), namun naik sekitar 30% secara tahunan (yoy).


Verdhana Sekuritas mengaitkan penurunan profitabilitas ISAT secara kuartalan dengan daya beli yang lemah, lanskap persaingan yang masih ketat, musim yang lebih lambat daripada kuartal kedua, serta kemungkinan meningkatkan kehadiran ISP Ilegal yang bersaing dengan layanan data perusahaan seluler.

Meskipun demikian, ISAT mampu mencetak laba di sepanjang Januari – September 2024 sebesar Rp 3,9 triliun yang bertumbuh 39% yoy. ISAT tetap menarik karena kinerja diperkirakan mulai lebih baik pada kuartal IV-2024.

Baca Juga: Penurunan Daya Beli Masih Menekan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sementara itu, laba konsolidasi TLKM mencapai Rp 5,9 triliun yang bertumbuh 3,6% qoq, namun koreksi sekitar 12,3% y-y. Secara akumulatif, laba TLKM di sepanjang tahun tercatat sebesar Rp 17,7 triliun yang menurun 9,4% yoy.

Nicholas mengamati, penurunan kinerja TLKM dipengaruhi oleh persaingan ketat di bisnis seluler yang diurus oleh anak perusahaannya yakni Telkomsel. Persaingan di luar pulau Jawa, serta peralihan yang masih berlanjut dari layanan lama (suara dan SMS) ke Data terus menyeret pendapatan seluler Tsel.

‘’Kami pikir TSEL mungkin terus melihat tren pendapatan seluler yang lesu dan akibatnya penurunan bertahap dalam pangsa pasar pendapatan selulernya,’’ ungkap Nicholas dalam riset 31 Oktober 2024.

Analis Indo Premier Sekuritas Giovanni Dustin menambahkan, bagi EXCL sendiri kemungkinan kinerjanya juga bakal terkontraksi di kuartal ketiga. XL Axiata diproyeksi akan mencetak pertumbuhan pendapatan sebesar 5% yoy, tetapi turun 2% qoq.

‘’Penyesuaian harga yang terbatas kemungkinan akan diperburuk oleh musim yang lemah pada kuartal ketiga,’’ ujar Giovanni dalam riset 21 Oktober 2024.

Giovani menjelaskan, pengeluaran untuk biaya data di kuartal ketiga tertahan karena kebutuhan lainnya. Pada kuartal ketiga, biasanya sebagian pengeluaran rumah tangga cukup besar pasca-Idul Fitri, terutama liburan sekolah musim panas dan pembayaran sekolah untuk tahun ajaran baru.

Walaupun demikian, kinerja EXCL diperkirakan semakin membaik di kuartal empat dan seterusnya karena mulai menaikkan harga paket sekitar 5% pada awal September 2024. Dengan tambahan sentimen positif tersebut, maka pendapatan EXCL diproyeksi tumbuh menjadi Rp 34,98 triliun dengan laba bersih inti Rp 1,97 triliun di tahun 2024 ini.

Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy mencermati bahwa kinerja emiten telekomunikasi yang cenderung melemah di kuartal ketiga, utamanya terjadi karena menurunannya daya beli masyarakat. Dimana, sinyal penurunan daya beli masyarakat di Indonesia salah satunya dapat dilihat dari fenomena deflasi yang terjadi selama beberapa bulan berturut-turut.

Di samping itu, kinerja sektor telko yang tampak lesu secara kuartalan karena memang musim yang lebih baik di kuartal kedua lalu. Seperti diketahui, kuartal kedua biasanya periode bagus yang didorong oleh meningkatnya penggunaan data saat lebaran.

Oleh karena itu, Jimmy memandang, prospek emiten telekomunikasi masih positif. Pilihan utama di sektor ini yaitu ISAT dan EXCL karena kedua emiten terus agresif ekspansi dan meningkatkan pangsa pasar (market share).

‘’Prospek emiten telekomunikasi sebenarnya masih baik karena melihat persaingan di industri masih cukup sehat,’’ kata Jimmy kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).

Namun demikian, Jimmy lebih mengungggulkan ISAT di sektor telekomunikasi karena melihat perbaikan kinerja ISAT yang masih berlanjut, serta pertumbuhan market share dan ARPU yang juga masih on-track. Dia merekomendasikan Buy untuk ISAT dengan target harga Rp 3.200 per saham.

Giovanni juga menyukai ISAT sebagai pilihan utama di sektor emiten operator telekomunikasi dengan rekomendasi Buy pada target harga Rp 3.500 per saham. ISAT dipilih karena hasil kinerja sesuai dengan ekspektasi dan berharap monetisasi harga produk bakal berlanjut pada kuartal IV-2024.

Sementara itu, Nicholas meyakini bahwa ISAT atau EXCL akan terus memiliki visibilitas pertumbuhan yang lebih baik daripada TSEL. Tren tersebut diproyeksi bakal terus berlanjut dalam jangka menengah (2-3 tahun ke depan). Sedangkan, TLKM dipandang akan tetap menarik sebagai saham dividen mengingat imbal hasilnya yang tinggi yaitu di atas 5%.

Secara umum, Verdhana Sekuritas memandang bahwa kinerja sektor telekomunikasi diperkirakan sedikit lebih baik mulai kuartal keempat tahun ini. Hal tersebut karena melihat adanya musim pemilihan daerah Pilkada pada November, serta peride puncak liburan akhir tahun pada Desember 2024.

Nicholas menyarankan Buy untuk ISAT dan EXCL dengan target harga masing-masing Rp 3.450 per saham dan Rp 2.600 per saham. Untuk TLKM direkomendasikan Buy dengan target harga Rp 4.800 per saham.

Baca Juga: Kinerja Emiten Operator Telko Diproyeksi Membaik, Cek Rekomendasi TLKM, EXCL & ISAT

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati