Meski Kredit Tumbuh, Laba Sejumlah BPD Ini Masih Tertekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laba bersih sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) terlihat sedikit tertekan pada Agustus 2024, meski penyaluran kredit masih mampu tumbuh.

PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya, mencatatkan laba bersih sebesar Rp 787,58 miliar per Agustus 2024, turun 21% yoy dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 998,97 miliar.

Penurunan ini salah satunya disebabkan kerugian penurunan aset keuangan (impairment) yang naik 44,23% yoy menjadi Rp 542,17 miliar per Agustus 2024, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 375,90 miliar.


Sementara itu dari sisi pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) masih tumbuh 7,13% yoy menjadi Rp 3,39 triliun per Agustus 2024, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 3,16 triliun.

Pertumbuhan pendapatan bunga bersih Bank Jatim ini sejalan dengan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 18,57% yoy menjadi Rp 60,65 triliun per Agustus 2024, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 51,15 triliun.

Direktur Keuangan ,Treasury dan Global Services Bank Jatim Edi Masrianto mengatakan, pertumbuhan tersebut didorong oleh seluruh segmen kredit. 

"Secara eksponensial pertumbuhan kredit ada pada segmen kredit ritel dan menengah, dengan sektor ekonomi pada penyaluran mayoritas di jenis perdagangan, pertanian dan peternakan," kata Edi kepada Kontan, Senin (7/10).

Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Kian Menumpuk, Ini Penyebabnya

Lebih lanjut, Edi menjelaskan, kredit yang tumbuh tinggi disebabkan masih besarnya permintaan dari masyarakat untuk segmen ritel dan menengah. Begitu juga dengan hasil dari adanya rejuvenate business process untuk segmen tersebut, serta nasabah Bank Jatim yang naik kelas dari segmen mikro.

Di sisi lain sejumlah debitur mencatatkan peningkatan kredit bermasalah mengingat tantangan makro yang terjadi saat ini. Edi menerangkan, dampak pelemahan ekonomi di kelas menengah ke bawah memang relatif dirasakan, hal ini juga terefleksi pada peningkatan rasio NPL Bank Jatim di segmen retail.

Dalam rinciannya, rasio NPL dari segmen retail yang berada di level 1,41% per Agustus 2024, naik dari periode sama tahun lalu 0,97%.

Dalam mengantisipasi pemburukan kualitas kredit, Edi menyebut, Bank Jatim telah mengambil langkah startegis untuk memitigasi untuk kualitas kredit. Antara lain dengan seletif menyalurkan kredit untuk nasabah baru.

Seiring dengan itu, Bank Jatim juga akan lebih hati-hati menjalankan proses penilaian kelayakan kredit, dan melakukan pemantauan kredit yang berkelanjutan. Serta melakukan diversifikasi portofolio kredit. 

Namun, dengan adanya penurunan BI rate, Bank Jatim optimistis masih mampu mencapai target di sisa akhir tahun 2024, sesuai dengan guidance yang telah ditetapkan. 

"Penurunan BI rate akan menjadi trigger yang baik untuk Bank Jatim ataupun nasabah melakukan fine tuning atas cash flow. Perekonomian nasional akan tumbuh diiringi peningkatan daya beli masyarakat, termasuk di Jawa Timur, yang pastinya akan lebih baik, dan akan mengurangi tingkat deflasi," ungkap Edi. 

Senada, PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJB) juga mencatatkan penurunan laba bersih secara bank only sebesar 21,69% yoy menjadi Rp 954,39 miliar per Agustus 2024, dari Rp 1,22 triliun di periode sama tahun lalu.

Hal ini disebabkan oleh menurunnya NII BJB sebesar 10,93% yoy menjadi Rp 4,14 triliun per Agustus 2024, dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 4,65 triliun. Salah satu penyebabnya adalah beban bunga yang meningkat 25,24% yoy menjadi Rp 5,04 triliun.

Adapun secara bank only total kredit BJB tumbuh 6% yoy. Sedangkan secara konsolidasi tumbuh double digit di atas 12% yoy karena masuknya anggota KUB baru yang terkonsolidasi laporan keuangan BJB di tahun ini.

Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi mengatakan, pertumbuhan kredit tersebut masih sejalan dengan guidance tahun ini yang diproyeksikan 6%-8%, disamping kualitasnya yang juga terjaga baik pada level 1,5% per Agustus 2024.

"Terkait pelemahan ekonomi dalam hal ini daya beli kelas menengah bawah, dampaknya terasa pada permintaan kredit konsumtif yang melandai. Kami pun telah melakukan revisi RBB menyesuaikan dengan perkembangan ekonomi yang ada pada akhir semester 1 kemarin, sehingga pertumbuhan kredit bank only diproyeksikan 6-8% yoy," ungkap Yuddy kepada Kontan, Senin (7/10).

Baca Juga: RUPSLB Sepakati Bank Jatim Suntik Modal ke Bank Banten Rp 10 Miliar

Di sisi lain terkait dengan tantangan cost of fund yang selama menekan kinerja bank secara industri akan lebih longgar seiring dengan pemangkasan BI rate. 

"Di bulan Agustus 2024, cost of fund kami sudah menunjukkan tren penurunan dibandingkan dengan bulan sebelumnya meskipun masih tipis 2 bps. Namun dengan kualitas kredit yang terus dijaga, pertumbuhan bisnis yang sehat, ditambah lagi turunnya cost of fund, kami meyakini hal ini akan mampu menjaga kinerja bank tetap positif sampai akhir tahun," terang Yuddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat