Meski Kurs Dolar AS Melemah, Kinerja Reksadana Dolar Tetap Positif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) sebagai imbas dari ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang sudah terbatas, reksadana dolar AS justru memperlihatkan kinerja sebaliknya. Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Caroline Hanni mengatakan, reksadana berbasis dolar AS mencetak kinerja yang cukup baik sejak awal tahun.

Hal itu tercermin dari indeks S&P500 yang menguat 8,2% secara year to date (ytd) hingga 17 April 2023. Saham-saham di bursa AS, khususnya sektor komoditas minyak dan emas juga memperlihatkan kenaikan.

Ini didorong oleh kenaikan harga jual minyak berkat pemotongan pasokan dari OPEC+. Sementara itu, ekspektasi inflasi tinggi mendorong harga emas naik di atas US$ 2.000 per ons troi


Untuk ke depannya, Caroline melihat reksadana dolar AS punya peluang positif. Potensi stimulus yang kembali diberikan oleh pemerintah AS pada semester II-2023 dapat menjaga ekonomi dari resesi dan menopang pergerakan pasar global.

"Saya melihat di akhir tahun 2023 dapat terjadi kemungkinan pembalikan arah untuk laba perusahaan S&P500 yang menguat apabila terjadi penurunan suku bunga AS. Terlebih pergerakan indeks berasal dari basis tahun 2022 yang cukup rendah," tutur Caroline saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (18/4).

Baca Juga: Mengintip Reksadana Danareksa Seruni Pasar Uang Syariah

Sucorinvest Asset Management memiliki satu produk reksadana berdenominasi dolar AS, yakni Sucorinvest USD Balanced Fund (SUBF) yang telah diterbitkan sejak 19 Agustus 2020. Produk ini mempunyai strategi pengelolaan konservatif-moderat dengan underlying efek berupa saham dan obligasi/sukuk dalam negeri bertenor pendek hingga menengah.

SUBF tercatat tumbuh 1,42% ytd per 14 April 2023, lebih baik dari tolok ukurnya maupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terkoreksi 0,47%. "Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga saham pada portofolio, kupon obligasi dalam negeri yang cukup tinggi, serta didukung oleh stabilitas dan penguatan rupiah," ucap Caroline.

Menurutnya, momen pelemahan dolar AS saat ini bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk melakukan dollar-cost averaging (DCA), khususnya bagi yang memiliki kas dalam dolar AS dan menginginkan investasi jangka menengah yang dapat memberikan performa optimal. Pasalnya, penguatan rupiah terhadap USD dapat turut mendukung kinerja SUBF.

Ke depannya, kondisi pasar yang cenderung berbalik arah yang ditandai dengan penurunan suku bunga dan pemberian stimulus ekonomi oleh pemerintah akan turut mendukung stabilitas rupiah terhadap USD.  Terlebih lagi, kondisi fundamental Indonesia tergolong solid, terlihat dari neraca dagang yang tetap surplus dan terjaganya ekspor.

Baca Juga: Dolar AS Melemah, Obligasi Bisa Jadi Pilihan Investasi Andalan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat