Meski laba naik, prospek Charoen Pokphand (CPIN) terhalang ketidakpastian ekonomi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal 1 tahun 2020, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) membukukan penurunan kinerja. Pendapatan emiten poultry ini turun 3,9% secara year on year menjadi Rp 13,89 triliun. Meski begitu, laba bersih CPIN masih tumbuh 13,6% secara tahunan menjadi Rp 922,26 miliar.

Penurunan pendapatan CPIN terjadi lantaran rendahnya volume penjualan dan harga jual rata-rata di kuartal 1 tahun ini. Analis Reliance Sekuritas Annisa Septiwijaya dalam riset 29 Mei 2020 menjelaskan, dalam tiga bulan di tahun ini, segmen pakan ternak masih menjadi kontributor utama pendapatan CPIN yakni sebesar 47%. Kontributor terbesar berikutnya dari pendapatan ayam broiler 29%, day old chick 11%, ayam olahan 10% dan lainnya 3%. 

Di kuartal pertama tahun ini, Annisa menjelaskan, laba usaha divisi ayam broiler tercatat merugi Rp 416,2 miliar akibat harga jual dan volume penjualan yang rendah. "Tapi untuk saat ini, harga ayam broiler di tingkat peternak sudah mulai mengalami perbaikan yakni di kisaran Rp 20.000-Rp 21.000 per kg," kata dia. Ia yakin, di kuartal II tahun ini, segmen broiler akan lebih baik didukung dari peningkatan permintaan dan pasokan yang lebih rendah. 


Baca Juga: Harga acuan daging ayam direvisi, prospek emiten poultry diproyeksi membaik

Segmen lain yang memiliki peluang menurut Annisa adalah segmen olahan ayam. "Meski hanya berkontribusi sekitar 10% tapi kinerjanya di kuartal pertama tahun 2020 cukup memuaskan yakni naik 24,6% secara tahunan menjadi Rp 1,39 triliun," tutur dia. Perkembangan bisnis segmen ayam olahan menurut dia, bisa berkontribusi besar pada total pendapatan. 

Upaya CPIN dalam menghemat beban pokok pendapatan bisa berkontribusi hingga akhir tahun. Karena alasan tersebut, Annisa memperkirakan, laba bersih CPIN pada tahun ini bisa naik sebesar 19% menjadi Rp 4,33 triliun. "Estimasi tersebut didukung perbaikan harga jual rata-rata, permintaan yang kembali pulih dan upaya CPIN menghemat biaya," jelas Annisa. Selain itu, intervensi pemerintah menstabilkan suplai di pasar juga ikut mendukung kinerja CPIN. 

Meski demikian, Annisa menyarankan underweight saham CPIN lantaran ketidakpastian ekonomi. Ia menargetkan di Rp 5.100 per saham yang mencerminkan PER di 19,7 kali di tahun 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana