KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten perbankan yang sahamnya termasuk lapis dua dan tiga telah mencatatkan kinerja pertumbuhan laba yang ciamik, hingga ada yang tumbuh di atas 100%. Sayang, saham-sahamnya dirasa belum menarik untuk dikoleksi. Ambil contoh, PT Bank Oke Indonesia Tbk (
DNAR) mencatatkan kinerja sepanjang separuh pertama tahun ini naik hingga 122% secara tahunan (YoY). DNAR mencatatkan laba senilai Rp 11,45 miliar. Contoh lainnya, PT Bank Capital Indonesia Tbk (
BACA) yang mencatatkan laba yang naik signifikan hingga 125% secara tahunan (YoY). Laba periode tersebut senilai Rp 20,75 miliar dan pada semester pertama tahun lalu, labanya hanya mencapai Rp 9,2 miliar.
Melihat kinerja fundamental tersebut, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani bilang hal tersebut tak banyak berpengaruh pada harga sahamnya karena kurang likuid dan menarik dikoleksi. Arjun mencontohkan DNAR yang labanya melonjak tetapi secara nilai sejatinya masih minim yaitu Rp 11 miliar. Itu terlepas dari pertumbuhan laba yang cukup besar dibandingkan tahun yang lalu.
Baca Juga: Saham-Saham Ini Punya Prospek Menarik dan Cocok Investasi Jangka Panjang Oleh karena itu, ia menyarankan investasi di saham yang mapan yang mempunyai laba dan bisnis yang stabil dan terjamin dibandingkan bank yang belum tentu ada modal dan ekspektasi pertumbuhan yang berkelanjutan. “Ya mungkin dalam waktu jangka panjang bank tersebut bisa menjadi investasi alternatif dan persaingan untuk bank yang lebih besar tapi pada saat ini memang kurang menarik,” ujar Arjun. Untuk saat ini, Arjun bilang saham-saham tersebut tidak direkomendasikan karena soal likuiditas, tren yang kurang kondusif dan aset serta customer base yang masih kecil. “tidak menjadi daya tarik para investor,” ujarnya. Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus berpendapat harga saham biasanya akan selalu seiring sejalan dengan kinerja fundamentalnya. Nicodemus mencontohkan semisal banknya biasa-biasa saja, tapi tiba-tiba harganya mengalami kenaikan, ia merekomendasikan jual merupakan pilihan. Alasannya, kenaikan harga tersebut di atas dari ekspektasi pelaku pasar dan investor. Sebaliknya, apabila terjadi penurunan, tetapi investor melihat valuasi perusahaannya bagus di masa yang akan datang, fundamental-nya kuat, beli merupakan kesempatan. “Oleh sebab itu semua akan kembali kepada kinerja perusahaannya, sentimen dan momentumnya,” ujarnya. Ia menambahkan saat ini beberapa sentimen yang sangat mempengaruhi fundamental perbankan adalah tingkat suku bunga merupakan salah satu penekan dari pertumbuhan kredit.
Baca Juga: Parkir Dolar AS di Indonesia, BI Pastikan Eksportir Dapat Bunga 5,3% Nico melihat bank bank KBMI 4 tetap masih menjadi yang baik karena terjamin bisa mencatatkan pertumbuhan kredit. Itu dikarenakan ban-bank tersebut sudah punya
segmented customernya masing masing.
“Pertumbuhan kredit dan penurunan biaya provisi adalah salah satu yang menopang kinerja perbankan di tahun ini,” tambahnya. Untuk saham-saham bank lapis dua dan tiga yang saat ini layak dicermati menurut Nico adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk (
BNGA) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (
BRIS). Ia merekomendasikan
hold BNGA dengan target harga Rp 1.650. Sementara, untuk BRIS, Nico merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.950. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari