Meski Laba Tumbuh Single Digit, Analis Menilai Kinerja Bank KBMI 4 Tetap Moncer



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Periode kuartal III-2024 telah berakhir, artinya kinerja keuangan industri perbankan mulai dinantikan, terutama bank-bank bermodal jumbo atau KBMI 4. Sembari menunggu, kinerja bank hingga periode Agustus 2024 secara tidak langsung bisa menggambarkan kondisi terbaru keuangan mereka

Dari laporan keuangan bulanan masing-masing bank KBMI 4, satu hal yang menjadi perhatian adalah pertumbuhan laba mereka. Di mana, mayoritas bank jumbo tersebut hanya mampu mencatatkan pertumbuhan laba single digit.

Adapun, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi satu-satunya di kategori bank KBMI 4 yang bisa mencatatkan pertumbuhan laba dobel digit. Bank swasta terbesar di Indonesia ini meningkatkan laba bank only hingga Agustus 2024 sekitar 14% YoY menjadi Rp 35,99 triliun.


Baca Juga: Bank KBMI 4 Sumbang Kredit Rp 3.979 Triliun per Agustus, Bank Mandiri Jadi Terbesar

Kinerja lebih baik terlihat dari pertumbuhan kredit dari bank-bank KBMI 4, sebab ada dua bank yang mampu naik cukup signifikan di atas industri. Sebagai gambaran, kredit perbankan secara industri tumbuh 11,4% YoY menjadi Rp 7.508 triliun per Agustus 2024.

PT Bank Mandiri Tbk menjadi yang paling besar dalam penyaluran kredit hingga Agustus 2024 mencapai Rp 1.222,13 triliun. Tak main-main, kredit bank berlogo pita emas ini meroket hingga 23% YoY pada periode tersebut.

Selanjutnya, BCA mencatatkan kredit di delapan bulan tahun 2024 dengan pertumbuhan yang mencapai 16% YoY. Meskipun, nilai kreditnya jauh di bawah Bank Mandiri karena hanya senilai Rp 842,71 triliun,

Melihat kinerja tersebut, Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, bank bisa mencatatkan pertumbuhan laba di kondisi saat ini sudah tergolong baik. Menurutnya, masih banyak bank-bank bukan KBMI 4 yang justru mencatat penurunan.

Ia memproyeksikan pertumbuhan yang mini ini masih bakal berlanjut setidaknya hingga akhir tahun.  Mengingat, kondisi global sekarang penuh ketidakpastian, dan di dalam negeri, daya beli masih belum sepenuhnya membaik. 

Baca Juga: Laba BRI Jadi yang Terbesar, Mayoritas KBMI 4 Tumbuh Single Digit di Agustus 2024

“Kondisi global sekarang penuh ketidakpastian, dan di dalam negeri, daya beli masih belum sepenuhnya membaik,” ujarnya.

Sementara itu, Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi berpandangan bahwa kinerja bank KBMI 4 ini memang menggambarkan pertumbuhan yang cenderung melambat. Menurutnya, ini dampak dari pengetatan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI).

Ia mengkhawatirkan jika pertumbuhan yang melambat ini terus berkelanjutan, maka daya beli masyarakat bisa semakin tertekan. Sebab, perbankan telah menjadi kunci perputaran ekonomi dari keseluruhan industri.

“Jika tumbuh melambat atau hanya single digit menunjukkan perlambatan secara keseluruhan,” ujarnya.

Hanya saja, Audi melihat kondisi kinerja yang melambat itu tak banyak berdampak signifikan pada pergerakan saham bank-bank KBMI 4. Ia menilai saham-saham bank tersebut tetap menarik untuk dikoleksi.

Setidaknya, ia menyukai saham BCA dan Bank Mandiri sebab memiliki pertumbuhan kredit yang solid. Secara year to date (ytd), pergerakan saham Bank Mandiri telah meningkat 16,53% menjadi Rp 7050 per saham hingga penutupan perdagangan (1/10). Sementara, BCA yang menyusul dengan tren kenaikan sekitar 12,23% secara year to date.

“Kami menyukai BMRI dan BBCA ditengah solidnya pertumbuhan kredit, terlebih keduanya ditopang oleh korporasi yang di mana lebih kuat dari pembiayaan,” tambah Audi.

Baca Juga: Harga Saham Bank Mandiri Terus Naik, Direksi Rajin Borong BMRI

Analis PT Indo Premier Sekuritas Jovent Muliadi dan Anthony dalam riset terbarunya Senin (30/9) menilai pertumbuhan laba bank-bank KBMI 4 sejatinya masih tergolong baik. Terbantu dengan pendapatan operasional sebelum provisi yang juga naik, terkecuali BNI yang mengalami penurunan pendapatan bunga bersih.

Secara agregat 4 bank besar, mereka mampu membukukan pertumbuhan laba bersih bank only tersebut secara keseluruhan sebesar 7% YoY atau 6% secara bulanan. Nilai total hingga Agustus 2024 mencapai Rp 120 triliun.

“Ini sedikit mengalahkan perkiraan atau konsensus kami sebesar 4% hingga 5%,” tulis mereka dalam risetnya.

Di sisi lain, mereka juga menyoroti Net Interest Margin (NIM) yang memang tengah tertekan. Secara keseluruhan, NIM mereka berada di 5,6% atau  turun 27 basis poin secara tahunan. Ini karena biaya dana yang lebih tinggi dengan naik 52 basis poin secara tahunan.

Selanjutnya: Lagi, Crossing Saham AMMN Senilai Rp 30 Triliun Terjadi di Harga Premium

Menarik Dibaca: MIND ID Komitmen Hilirisasi yang Berkelanjutan, Simak Caranya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi