Meski Layanan IT Sempat Bermasalah Pekan Lalu, Saham BSI (BRIS) Masih Menguat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang pekan lalu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) diwarnai dengan layanan yang tak bisa digunakan akibat permasalahan IT yang belum tahu sebabnya. Meski demikian, kondisi tersebut tak banyak berdampak pada kinerja saham mereka.

Harga saham bank syariah pelat merah tersebut ditutup di level 1.810 pada akhir pekan kemarin. Itu berarti ada kenaikan sekitar 3,43% selama sepekan dan tumbuh sekitar 40,31% sejak awal tahun.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengungkapkan bahwa saat ini memang BBSI sedang dalam kondisi uptrend. Dimana, hal tersebut didorong oleh kinerja keuangan mereka yang tercatat positif.


Memang, anak usaha Bank Mandiri ini mencatat laba bersih Rp 1,45 triliun pada kuartal I-2023 atau tumbuh 47,6% YoY. Sejalan dengan itu,  pendapatan perseroan naik 14,4% menjadi Rp 5,04 triliun. 

Baca Juga: China Pangkas Produksi Batubara, Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara Berikut Ini

Nafan bilang permasalahan yang terjadi pada BSI pada pekan lalu tak banyak mempengaruhi minat investor dikarenakan ada kepercayaan bahwa sistem bermasalah tersebut bisa diperbaiki secara cepat.

“Saat ini sahamnya masih terapresiasi sehingga investor cenderung masih wait and see,” ujar Nafan.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengungkapkan bahwa sedikit banyak kemungkinan memang ada dampak dari sistem yang error di BSI terhadap harga sahamnya.

Namun, ia melihat kenaikan harga saham yang masih dialami lebih dikarenakan investor melihat mitigasi yang dilakukan oleh BSI dalam mengatasi permasalahan tersebut. Meskipun, permasalahan ini bisa jadi mempengaruhi kepercayaan pada bank tersebut.

“Apalagi sudah konsolidasi, masuk ke 10 bank besar, kok kasus seperti ini masih saja menjadi sebuah kendala, dampaknya bagaimana kepercayaan masyarakat pada sektor perbankan” ujar Nico.

Meskipun tak banyak berdampak, Nico menyebutkan bahwa hal ini bisa jadi menjadi titik lemah bagi BSI dan keuntungan bagi bank-bank lainnya. Sebab, bisa diduga nasabah mulai berpikiran bahwa menyimpan dana di bank tersebut menjadi tidak aman.

Hanya saja, Nico bilang bahwa pandangan investor terhadap saham-saham sektor perbankan ini akan kembali ke fundamental dari perusahaan masing-masing. 

“Sejauh mana nasabah-nasabah yang mungkin berada di BSI masih percaya pada BSI apa tidak,” tambahnya.

Prospek Saham Perbankan

Terlepas dari permasalahan yang terjadi pada BSI, Nafan dan Nico sependapat bahwa saham-saham sektor perbankan masih dapat tumbuh. Ini seiring dengan proyeksi penyaluran kredit yang bakal tumbuh di tahun ini.

Baca Juga: Pengamat: Gangguan yang Dialami BSI Tak Berdampak Signifikan Bagi Saham Perbankan

Menurut Nafan, hal tersebut dibantu oleh meningkatnya aktivitas perekonomian di berbagai sektor yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi. Ditambah, berbagai kondisi global juga memberikan sentimen positif bagi sektor perbankan.

Sementara itu, Nico menyebut pertumbuhan kredit masih akan sangat baik di tahun ini, terutama bagi bank-bank besar yang sudah memiliki segmented customer-nya sendiri. Ia mencontohkan BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI yang masih menjadi andalan.

“Didukung oleh stabilitas pemulihan ekonomi nasional, kami yakin sektor perbankan masih overweight di tahun ini. Peluangnya masih baik,” ujarnya.

 
BRIS Chart by TradingView

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi