Meski Masih Tertekan, Harga Batubara Diprediksi Bisa Mencapai US$ 150 Per Ton



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali lesu. Berdasarkan data Bloomberg, harga batubara bertengger di US$ 137,95 per ton pada Selasa (4/6).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, harga energi mayoritas memang mengalami penurunan. "Ini dipicu oleh stok komoditas yang melimpah karena permintaan melemah," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (5/6).

Hari Minggu (2/6), OPEC+ setuju untuk memperpanjang sebagian besar pengurangan pasokan hingga tahun 2025. Namun, OPEC+ membuka pintu bagi pemotongan sukarela dari delapan negara anggota untuk dibatalkan secara bertahap mulai bulan Oktober dan seterusnya.


Pada bulan Desember, lebih dari 500.000 barel per hari diperkirakan akan kembali memasuki pasar, dengan total 1,8 juta barel per hari akan kembali pada bulan Juni 2025. Akibatnya, hampir semua komponen energi, termasuk batubara mengalami penurunan.

Baca Juga: Produksi Batubara Tahun Ini Diproyeksi di Bawah Target RKAB

Harga batubara berjangka Newcastle berada di bawah US$ 140 per ton karena masalah pasokan China sedang diimbangi dengan berkurangnya permintaan. Produksi batubara China turun ke level terendah sejak Oktober 2022 pada bulan April karena inspeksi keselamatan tambang yang sedang berlangsung membatasi produksi.

"Akibatnya, China meningkatkan impor batubara pada bulan itu untuk mengkompensasi penurunan produksi dalam negeri dan membangun stok untuk mengantisipasi puncak permintaan di musim panas," ujarnya.

Di sisi lain, permintaan batubara metalurgi Tiongkok pada tahun 2024 diproyeksikan mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut akibat stagnasi pada sektor properti dan infrastruktur.

Baca Juga: Buah Manis Diversifikasi Bisnis Mulai Dirasakan TPIA, UNTR Hingga HRUM

Selain itu, peningkatan signifikan dalam pembangkit listrik tenaga air di negara tersebut sejak akhir bulan April diperkirakan akan terus berlanjut. Sehingga berpotensi menyebabkan permintaan batubara untuk pembangkit listrik lebih rendah dari perkiraan.

Namun begitu, membaiknya prospek harga minyak serta rencana pemotongan suku bunga The Fed bisa mendorong naik harga batubara. Sebab, dua hal tersebut diperkirakan dapat mempertahankan harga energi ke depan, termasuk batubara, khususnya di akhir semester II.

"Batubara diperkirakan diperdagangkan pada harga US$ 145,18 per ton pada akhir kuartal ini, dan US$ 150 per ton pada akhir tahun," pungkas Sutopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati