KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data
Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Asean, yang terbit pada Senin (1/4), hasil kerja sama antara Nikkei dengan IHS Markit menunjukkan kinerja sektor secara keseluruhan terus menurun. Meski begitu pelaku industri manufaktur di Asean melihat ada sedikit perbaikan kondisi operasional pada Maret 2019.
Headline PMI naik dari 49,6 pada Februari 2019 lalu menjadi 50,3 pada Maret 2019. "PMI manufaktur Asean bergerak perlahan ke atas tanda 50,0 pada bulan Maret, menunjukkan perbaikan pertama pada kondisi operasional tahun ini," jelas Ekonom IHS Markit David Owen melalui rilis yang dikutip Kontan.co.id, Senin (1/4).
Produsen melaporkan haya ada kenaikan kecil pada permintaan baru di bulan Maret 2019. Bahkan ini merupakan kenaikan pertama selama 2019. Di samping itu, mereka juga melaporkan pada Maret 2019 terjadi penurunan terendah pada penjualan ekspor sejak Januari 2019. Menanggapi hal tersebut, produsen Asean meningkatkan kecepatan produksi. Tingkat pertumbuhan naik ke level tinggi selama tiga bulan terakhir. Sebab, lima dari tujuh negara peserta survei mencatatkan kenaikan produksi. "Survei menemukan bahwa kenaikan kecil pada penjualan dan pertumbuhan produksi mengangkat sentimen bisnis. Namun, ini masih menempatkan data PMI untuk triwulan ini di posisi terendah sejak triwulan IV-2016," jelas David. Myanmar terus mencatat kenaikan paling tajam pada kondisi bisnis. Menempatkan negara tersebut di posisi puncak peringkat regional (52,4). Hal ini disebabkan perusahaan masih didukung oleh permintaan klien yang kuat meski tingkat ekspansi turun dibandingkan pada bulan Februari. Vietnam naik ke posisi ke dua (51,9), disebabkan pertumbuhan
output yang semakin menguat sejak bulan November 2018. Sedangkan Filipina turun ke posisi ketiga karena perbaikan kondisi operasional berjalan lambat dan rantai pasokan mengalami tekanan akibat penundaan pengiriman. Indonesia menempati posisi keempat karena perusahaan melaporkan perbaikan pada produksi tahun ini. Thailand berada di urutan kelima dengan perbaikan kecil pada kondisi kesehatan di sektor manufaktur. Singapura naik ke posisi keenam peringkat. Sementara kondisi bisnis terus memburuk, namun penurunan kali ini merupakan yang paling rendah dalam enam bulan. Terakhir, Malaysia menempati peringkat terakhir dengan penurunan besar pada
output dan permintaan baru. “Sebaliknya, produsen akan terdorong oleh laporan tekanan biaya yang terus menurun pada bulan Maret. Tingkat inflasi harga input turun ke posisi terendah, karena harga material terus turun dibandingkan tahun lalu. Tentu saja hal ini dapat membantu perusahaan mengatur neraca keuangan khususnya di masa masa sulit saat ini," ujar David. Perusahaan manufaktur Asean melihat inflasi harga input menurun ke posisi terendah selama survei. Responden menemukan bahwa kenaikan harga bahan baku yang mereda membantu mereka mengatur biaya. Akibatnya, biaya produksi naik hanya pada kisaran marginal.
Ketenagakerjaan naik selama dua bulan sejak Februari-Maret 2019. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan menurun, dengan hanya tiga negara peserta survei yang mencatat kenaikan jumlah lapangan kerja. Penumpukan kerja kembali menurun, meski pada laju yang lebih lambat dibanding bulan Februari. Sedangkan tren pada permintaan baru menunjukkan peningkatan meskipun lajunya lamban dan bervariasi antar negara peserta survei. Produsen Asean menaikkan aktivitas pembelian untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Tingkat stok input terus menurun, meski pada laju terendah sejak bulan Juli 2018. Waktu pemenuhan pesanan secara umum tidak berubah dari keadaan pada bulan Februari. Berdasarkan sentimen bisnis, perusahaan tetap optimistis terkait perkiraan bisnis satu tahun mendatang. Dari tujuh negara yang dipantau, harapan bisnis meningkat di lima negara peserta kecuali Singapura dan Filipina. Produsen Filipina melaporkan tingkat kepercayaan diri paling rendah selama survei. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi