Meski Masih Volatile, Yield SUN Acuan 10 Tahun Kembali ke Bawah 7%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga obligasi di dalam negeri masih bergerak volatile, tetapi mengalami perbaikan. Ekspektasi pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserves (The Fed) menjadi pendorongnya.

Membaiknya pasar obligasi itu tercermin dari imbal hasil (yield) yang kembali di bawah 7%. Mengutip data Bloomberg, yield SUN acuan 10 tahun saat di level 6,93%.

Chief Economist Pefindo Suhindarto mengatakan, turunnya yield menandakan ada perbaikan harga obligasi. Secara jangka menengah, ia juga menilai ada peluang bagi yield untuk bergerak di level yang lebih rendah, mempertimbangkan potensi pelonggaran moneter ke depan.


"Setelah siklus bunga tinggi saat ini, akan ada siklus suku bunga rendah karena menahan suku bunga di level tinggi dapat berdampak negatif bagi perekonomian," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (20/5).

Baca Juga: Nilai Penerbitan Obligasi Korporasi Berpotensi Turun pada Kuartal II, Ini Penyebabnya

Namun demikian, dalam satu-dua bulan ke depan, Suhindarto masih memiliki kekhawatiran pergerakan yield surat utang masih akan volatile. Sebab, sentimen negatif eksternal belum benar-benar mereda.

Risiko geopolitik adalah salah satu diantara faktor yang perlu untuk diwaspadai. The Fed juga belum 100% yakin untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

"Kondisi ini membuat pasar surat utang masih akan tetap rentan terhadap setiap pemburukan sentimen eksternal secara tiba-tiba sebagaimana yang terjadi pada pertengahan April lalu," ujarnya.

Pada semester II, kata Suhindarto, yield akan bergerak menurun karena ada peluang suku bunga diturunkan, baik eksternal maupun domestik. Sejauh ini, tingkat inflasi domestik terus bergerak di rentang target, yang mana positif untuk memulai pelonggaran.

Namun, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga tinggi untuk mendukung rupiah dari tekanan arus keluar modal.

Suhindarto berharap progress yang lebih baik terkait tingkat inflasi di negara maju. Sehingga, itu akan mendukung stance kebijakan moneter yang lebih longgar ke depan.

Ia memperkirakan, akhir tahun ini yield SUN acuan 10 tahun akan ditutup pada level 6,71%. Sementara, di semester I ini diperkirakan masih akan bertahan di 6,96%.

Di sisi lain, secara fundamental, Darto melihat pasar domestik tetap menarik karena menawarkan pengembalian yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara berperingkat BBB lainnya. Basis permintaan domestik juga kuat, membuat pasar lebih stabil dibandingkan dengan beberapa pekan sebelumnya.

Selain itu, persepsi risiko juga turun seiring dengan dipertahankannya peringkat dan prospeknya oleh para lembaga pemeringkat dunia. Premi CDS Indonesia 5 tahun juga terus berada di bawah 100 yang menandakan bahwa risiko investasi masih manageable.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat