JAKARTA. Memanasnya kondisi politik beberapa negara di Timur Tengah (Timteng) diprediksi tidak akan berimbas pada ekspor kertas Indonesia. Bahkan, kalangan eksportir meyakini ekspor kertas ke sana bakal tumbuh cukup signifikan di tahun ini. Produsen kertas terkemuka, Sinarmas Group misalnya sangat optimis ekspor kertas ke Timteng tahun ini bisa naik 20%-30% dari total ekspor tahun lalu yang US$ 550 juta. Tanza Warganegara, Direktur Penjualan Regional Sinarmas, mengatakan target ini bukan sesuatu yang berlebihan, karena selama ini Timteng adalah salah satu tujuan ekspor terbesar. "Kontribusi ekspor ke sana itu sekitar 20%-30% per tahunnya, terbesar setelah pasar domestik dan regional Asia Tenggara," ujar Tanza, di Jakarta, Rabu (16/3). Kondisi politik di Timteng tidak terlalu dikhawatirkan akan menghambat pencapaian ekspor ini. Tanza bilang, beberapa negara seperti Mesir, dan Libya memang sedang bergejolak. Namun, dua negara tersebut bukan tujuan utama ekspor Sinarmas ke Timteng. Tujuan utama ekspor Sinarmas selama ini adalah Iran. Tahun lalu, ekspor kertas Sinarmas ke Iran mencapai 20% dari total ekspor ke Timteng. "Sejauh ini kondisi Iran masih aman, sehingga ekspor kita masih lancar," jelas Tanza. Untuk mencapai target itu, anak usaha group Sinarmas ini bakal meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 4,5-5 juta ton. Lebih tinggi dari kapasitas tahun lalu yang sebanyak 4,3 juta ton. Sinarmas, rencananya, bakal melakukan memaksimalkan produksi mesin-mesin yang dimilikinya. "Selama ini, produktivitas mesin yang kami miliki kurang efisien dan kurang maksimal," jelas Sinarmas. M. Mansyur, Ketua Asosiasi Pulp & Kertas Indonesia, mengatakan target Sinarmas tersebut cukup wajar mengingat Timteng adalah pasar terbesar kertas Indonesia. Saban tahun ekspor kertas ke sana menyumbang sekitar 30% dari total ekspor Indonesia. Negara tujuan ekspor pun merata mulai dari Iran, Uni Emirat Arab (UEA), Lebanon hingga Mesir. "Jadi ketika ada satu negara yang bergejolak, kita masih punya lahan di negara lain," jelasnya kepada KONTAN. Gusmardi Bustami, Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), menambahkan pemerintah bakal membantu dari sisi pembukaan hubungan perbankan dengan negara-negara Timteng terutama Iran. Selama ini, perdagangan Indonesia-Iran harus melalui pihak ketiga yaitu Uni Emirate Arab karena kedua negara tidak memiliki hubungan perbankan. Akibatnya, eksportir Indonesia tidak bisa bertransaksi langsung dengan importir Iran. "Masalah ini memang cukup sulit, tapi kita akan berusaha merundingkannya dengan Iran," tandas Gusmardi.
Meski memanas, Sinarmas targetkan ekspor kertas ke Timteng naik 20%
JAKARTA. Memanasnya kondisi politik beberapa negara di Timur Tengah (Timteng) diprediksi tidak akan berimbas pada ekspor kertas Indonesia. Bahkan, kalangan eksportir meyakini ekspor kertas ke sana bakal tumbuh cukup signifikan di tahun ini. Produsen kertas terkemuka, Sinarmas Group misalnya sangat optimis ekspor kertas ke Timteng tahun ini bisa naik 20%-30% dari total ekspor tahun lalu yang US$ 550 juta. Tanza Warganegara, Direktur Penjualan Regional Sinarmas, mengatakan target ini bukan sesuatu yang berlebihan, karena selama ini Timteng adalah salah satu tujuan ekspor terbesar. "Kontribusi ekspor ke sana itu sekitar 20%-30% per tahunnya, terbesar setelah pasar domestik dan regional Asia Tenggara," ujar Tanza, di Jakarta, Rabu (16/3). Kondisi politik di Timteng tidak terlalu dikhawatirkan akan menghambat pencapaian ekspor ini. Tanza bilang, beberapa negara seperti Mesir, dan Libya memang sedang bergejolak. Namun, dua negara tersebut bukan tujuan utama ekspor Sinarmas ke Timteng. Tujuan utama ekspor Sinarmas selama ini adalah Iran. Tahun lalu, ekspor kertas Sinarmas ke Iran mencapai 20% dari total ekspor ke Timteng. "Sejauh ini kondisi Iran masih aman, sehingga ekspor kita masih lancar," jelas Tanza. Untuk mencapai target itu, anak usaha group Sinarmas ini bakal meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 4,5-5 juta ton. Lebih tinggi dari kapasitas tahun lalu yang sebanyak 4,3 juta ton. Sinarmas, rencananya, bakal melakukan memaksimalkan produksi mesin-mesin yang dimilikinya. "Selama ini, produktivitas mesin yang kami miliki kurang efisien dan kurang maksimal," jelas Sinarmas. M. Mansyur, Ketua Asosiasi Pulp & Kertas Indonesia, mengatakan target Sinarmas tersebut cukup wajar mengingat Timteng adalah pasar terbesar kertas Indonesia. Saban tahun ekspor kertas ke sana menyumbang sekitar 30% dari total ekspor Indonesia. Negara tujuan ekspor pun merata mulai dari Iran, Uni Emirat Arab (UEA), Lebanon hingga Mesir. "Jadi ketika ada satu negara yang bergejolak, kita masih punya lahan di negara lain," jelasnya kepada KONTAN. Gusmardi Bustami, Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), menambahkan pemerintah bakal membantu dari sisi pembukaan hubungan perbankan dengan negara-negara Timteng terutama Iran. Selama ini, perdagangan Indonesia-Iran harus melalui pihak ketiga yaitu Uni Emirate Arab karena kedua negara tidak memiliki hubungan perbankan. Akibatnya, eksportir Indonesia tidak bisa bertransaksi langsung dengan importir Iran. "Masalah ini memang cukup sulit, tapi kita akan berusaha merundingkannya dengan Iran," tandas Gusmardi.