Meski menguat, BI melihat rupiah masih undervalue



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski rupiah terus menguat, Bank Indonesia (BI) merasa rupiah masih undervalue. Perry Warjiyo, Gubernur BI menjelaskan, kondisi ini dipengaruhi oleh tiga hal, kondisi fundamental, mekanisme pasar, dan hal teknis seperti perkembangan berita global.

Dia menjelaskan, rupiah masih sensitif pada risiko global seperti perlindungan perdagangan dan pernyataan Federal Reserve. "Yang kami senang mekanisme pasar berjalan dalam pembentukan nilai tukar. Ini adalah jawaban dari kebijakan kita, nilai tukar bergerak stabil," ungkap Perry di Masjid BI, Jumat (30/11).

Transaksi tidak hanya spot, namun swap dan DNDF juga menunjukkan tren yang positif. Perry menjelaskan, korporasi maupun bank menunjukkan aktivitas di pasar. Selain itu, investor asing juga sudah banyak menggunakan DNDF.


Dia juga mengatakan nilai tukar spot, yakni JISDOR dengan DNDF menunjukkan spread yang semakin sempit sekitar di bawah Rp 50. Hal ini menunjukkan mekanisme pasar bekerja.

Selain itu, confidence ekonomi juga semakin baik karena kebijakan yang telah dilaksanakan. Aliran modal asing yang sudah masuk menambah supply dan memperkuat nilai tukar rupiah.

Sedangkan faktor global masih dipengaruhi proses perundingan antara AS dan Tiongkok, serta pernyataan kebijakan Gubernur The Fed Jeremy Powell. BI memperkirakan pada Desember, The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali, lalu pada tahun depan sebanyak tiga kali. "Meskipun pasar memperkirakan hanya dua kali," ungkap Perry.

Dia kembali menegaskan keputusan BI menaikkan suku bunga pada November ini untuk mengantisipasi suku bunga global khususnya Desember 2018 dan Januari 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati