Meski naik, LDR BPD masih lebih rendah dibanding bank lain



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas bank daerah saat ini cenderung lebih longgar dibandingkan bank lain. Berdasarkan data statistik perbankan Indonesia (SPI) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Mei 2018, loan to deposit ratio (LDR) Bank Pembangunan Daerah (BPD) masih di level 77,74%. Meski secara tahunan LDR tersebut naik dari 72,9% pada Mei 2017, namun dibandingkan dengan bank lain posisi ini masih terbilang rendah.

Ambil contoh, BUSN non devisa yang saat ini memiliki posisi LDR di level 92,39%, BUSN devisa 87,2%, Bank Persero 93,82% pada Mei 2018. Sementara secara industri perbankan, saat ini LDR berada di posisi 92% atau meningkat dibandingkan Mei 2017 sebesar 88,57%.

Padahal, bila ditelusuri pertumbuhan kredit BPD masih lebih tinggi dibandingkan kenaikan dana pihak ketiga (DPK). Data OJK menunjukan, per Mei 2018 total penyaluran kredit BPD sebesar Rp 386,34 triliun, naik 9,39% year on year (yoy). Sementara DPK bank daerah pada Mei 2018 lalu tercatat hanya naik 2,58% yoy menjadi Rp 496,95 triliun.


Namun, beberapa bank daerah yang dihubungi Kontan.co.id mengungkap bahwa pada semester I/2018 lalu pertumbuhan DPK masih lebih signifikan dibandingkan kredit. PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya yang menyebutkan per Juni 2018 DPK perseroan naik 17,35%.

Sementara kredit Bank Jatim baru tumbuh 5,34% secara yoy pada Juni 2018 lalu menjadi Rp 32,11 triliun. "LDR rendah dikarenakan pertumbuhan DPK sangat signifikan, untuk meningkatkannya tentu akan fokus ke penyaluran kredit," ujar Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Satyagraha kepada Kontan.co.id, Selasa (7/8).

Asal tahu saja, per Juni 2018 lalu LDR Bank Jatim ada di posisi 70,47%. Masih lebih padat dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar 64,86%.

Rencananya tahun ini Bank Jatim memproyeksi kredit akan tumbuh 10,65%. Sementara pertumbuhan DPK akan dijaga di level maksimal 10% saja hingga akhir tahun. Hal ini diharapkan dapat menggerakan LDR perseroan pada akhir tahun ke level 80,7%.

"Untuk dorong kredit, kami fokus di kredit produktif ke pembiayaan kredit infrastruktur baik dari APBD dan APBN. Untuk kredit konsumer lebih kepada kredit mutliguna dan KPR," tuturnya.

Sementara untuk menjaga pertumbuhan DPK, bank bersandi emiten bursa BJTM ini bakal lebih fokus ke dana murah. Di sisi lain, PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung (Sumselbabel) justru mencatatkan pertumbuhan DPK jauh lebih rendah dibandingkan kredit.

Direktur utama Bank Sumsel Babel Muhammad Adil mengatakan per Semester I 2018 DPK menyusut 3,81% menjadi 17,7 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 18,7 triliun.

Sementara kredit, meski tipis tetap naik 5,76% menjadi Rp 13,9 triliun dari semula Rp 13,1 triliun. Meski begitu, Adil menjelaskan bila dirinci pertumbuhan CASA terbilang tumbuh 7,89%. Selain itu, porsi CASA perseroan juga naik dari 65,32% menjadi 70,07% pada semester I/2018.

Menurutnya, dana tabungan menyumbang porsi 38% terhadap total portofolio DPK perseroan. Dus, meski masih terbilang lebih rendah, posisi loan to funding ratio (LFR) Bank Sumsel Babel masih membaik dari 69,89% menjadi 78,21% pada pertengahan tahun ini.

"Selama semester I/2018, CASA Bank Sumsel Babel tumbuh 65,32% menjadi 70,07%. Dana tabungan juga mampu tumbuh 7,89% sehingga bisa meningkatkan CASA," terangnya. Sayang, pihaknya belum dapat merinci besaran LDR saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Agung Jatmiko