Meski Neraca Dagang Masih Untung, Surplus Transaksi Berjalan Berpotensi Menurun



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Neraca perdagangan barang pada Agustus 2022 kembali mencetak surplus. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), keuntungan neraca perdagangan barang pada bulan laporan sebesar US$ 5,76 miliar atau lebih tinggi dari US$ 4,2 miliar pada bulan Juli 2022. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, surplus neraca perdagangan masih akan berlanjut pada September 2022.

Dengan demikian, ada peluang neraca transaksi berjalan pada kuartal III-2022 untuk kembali mencetak surplus, setelah pada kuartal II-2022 surplus sebesar 1,1% produk domestik bruto (PDB). 


Meski memang besar peluangnya, Josua menyebut surplus transaksi berjalan pada periode Juli 2022 hingga Agustus 2022 ini akan menyusut dari kuartal sebelumnya.

Baca Juga: Ekspor Menguat, APBN akan Terus Mendukung Ekspor dan Perekonomian

"Masih surplus, tetapi ada kecenderungan surplus menurun tipis di kisaran 0,5% PDB hingga 1% PDB," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Minggu (18/9). 

Penurunan surplus transaksi berjalan pada periode tersebut disebabkan oleh potensi melebarnya defisit neraca jasa, seiring dengan aktivitas perdagangan yang mulai meningkat.

Selain itu, surplus di neraca pendapatan sekunder juga diperkirakan tidak akan signifikan, meski memang sudah ada peningkatan keberangkatan tenaga kerja ke luar negeri yang bisa menjadi salah satu pengungkit neraca transaksi berjalan. 

Selain memberi pengaruh positif terhadap neraca transaksi berjalan, surplus neraca perdagangan barang juga akan mengungkit cadangan devisa pada akhir kuartal III-2022, atau pada September 2022.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Kembali Surplus, Ekspor Rekor Tertinggi Didorong Sektor Industri

Menurut perhitungannya, cadangan devisa pada akhir September 2022 bisa berada di level sekitar US$ 132 miliar hingga uS$ 133 miliar. 

Dengan menguatnya cadangan devisa, ini juga menjadi keuntungan bagi pergerakan nilai tukar rupiah mengingat cadangan devisa merupakan bantalan pertama rupiah. Apalagi, di tengah ketidakpastian global seperti bank sentral Amerika Serikat (AS) yang digadang masih akan hawkish

"Ini bisa menjadi antisipasi kalau rupiah melemah. Apalagi, perkiraan kami rupiah akan berada di level Rp 14.900 hingga Rp 15.000 per dolar pada September 2022, artinya langkah stabilisasi yang dibutuhkan cukup signifikan," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli