Meski pasar masih lesu, harga saham properti diramal naik di tahun 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepercayaan investor untuk membeli aset properti di tahun 2019 diproyeksikan belum akan tumbuh signifikan.

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Alfred Nainggolan memproyeksikan kepercayaan investor untuk membeli properti sebagai aset belum akan bertumbuh di tahun 2019. Alfred berkaca sejak kebijakan loan to value (LTV) diterapkan dua tahun lalu dan suku bunga Bank Indonesia cenderung turun di 2017, sentimen positif tersebut ternyata tidak memacu permintaan di sektor properti naik signifikan.

Meski, secara makro di tahun 2019 positif, seperti inflasi stabil dan kenaikan suku bunga acuan cenderung terbatas, Alfred memproyeksikan harga saham sektor properti belum akan rally.


"Investor cenderung wait and see melihat fundamental sektor properti, benar-benar menunggu pertumbuhan penjualannya dulu, confidence investor belum terlihat apalagi penjualan rumah second masih banyak, buat pasar rumah baru cukup berat," kata Alfred. 

Paling tidak investor masih akan melihat bagaimana realisasi kinerja sektor properti di kuartal I-2019 dan seperti apa peningkatakn kredit KPR di bank.

Sementara, Yudha Gautama Analis Danareksa Sekuritas memproyeksikan permintaan properti di semester I-2019 masih akan lesu karena investor cenderung menahan pembelian properti hingga Pemilu selesai. Yudha memproyeksikan baru di semester II-2019 permintaan properti bisa kemblai meningkat.

Alfred menambahkan, penjualan properti khususnya rumah untuk ekonomi kelas menengah masih baik, berbeda dengan properti dengan harga untuk ekonomi kelas atas. Alfred menyebut penjualan properti kepada ekonomi kelas menangah yang masih tinggi membuat pertumbuhan kredit KPR tumbuh menjadi 13% di Oktober 2018 dari awal tahun yang sebesar 7%.

Namun, Yudha memproyeksikan harga saham sektor properti di 2019 berpotensi rally mengungguli kondisi fundamentalnya. Yudha optimistis harga saham sektor properti bisa tumbuh mendahului kondisi fundamentalnya karena kenaikan suku bunga AS yang cenderung dovish berpotensi mengalirkan inflow ke negara berkembang, seperti Indonesia. Dengan begitu, tekanan pada nilai tukar rupiah juga bisa mereda dan investor asing jadi tertarik.

"Terlepas dari kenaikan harga saham properti baru-baru ini, kami menilai valuasi sektor ini masih menarik diperdagangkan dengan diskon 72% untuk NAV dibandingkan rata-rata diskonnya yang sebesar 64%," kata Yudha, dalam riset 20 Desember 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi