JAKARTA. Sudah menjadi rahasia umum, oleh-oleh yang dibagi-bagikankan para jemaah haji sepulang dari menjalankan rukun Islam tersebut merupakan pernik-pernik yang dibeli di tanah air sendiri. Fenomena inilah yang membuat sentra penjualan pernik-pernik haji selalu penuk sesak selama musim haji. Salah satu pusat oleh-oleh haji yang sangat kondang adalah kawasan di sepanjang Jalan KH. Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta. Di sini, selain kios-kios permanen, lapak-lapak penjual pernik-pernik haji selalu menjamur saat musim haji tiba. Aneka jenis kurma, air zam-zam, kacang pistasio, aneka sajadah, tasbih, celak arab, hingga aneka ceret dan jilbab menjadi barang dagangan wajib mereka.
Berdasarkan pantauan KONTAN, kini, jumlah lapak tersebut kian banyak. Jika dulu hanya ada di sekitar Pasar Seng yang terletak di sebelah pasar Blok A, kini lokasi lapak-lapak terlihat melebar, bahkan sampai di depan sentra penjualan karpet. Pusat perdagangan oleh-oleh tersebut sudah mulai ramai sejak sebulan sebelum bulan puasa dan akan meredup selepas hari raya kurban. Menurut para pedagang, walau musiman, berjualan oleh-oleh haji cukup menguntungkan. Beberapa pedagang mengaku, mereka bisa meraih omzet lumayan besar, dengan margin keuntungan 30%-50%. Yang menarik, meski pemain semakin banyak, omzet para penjaja oleh-oleh haji di tempat ini tetap tumbuh saban tahun. Fairouz, pemilik toko Al-Andalus Fairouz mengatakan, biasanya, penjualannya mencapai puncak saat jamaah haji sudah mulai pulang. Fairouz sendiri mencatat, omzetnya tahun ini meningkat dibanding tahun lalu. "Pernah dalam sehari saya bisa menjual sampai Rp 40 juta," ujarnya. Padahal tahun lalu, rata-rata omzetnya per hari hanya sekitar Rp 20 juta sampai Rp 30 juta saja. "Di luar musim haji, omzet penjualan hanya Rp 5 juta sehari," imbuh Fairouz yang juga membuka lapak kaki lima di depan Toko Turkina. Menurut Fairouz, banyak jemaah haji memang memilih belanja di Tanah Abang daripada di Mekkah. "Soalnya barangnya sama saja," kata ibu berusia 39 tahun ini. Karena itulah, toko Fairouz selalu ramai. Bahkan, banyak pembeli oleh-oleh haji yang membeli secara grosir. "Banyak pembeli adalah para pedagang lapak," kata Fairouz. Menurutnya, para pembeli datang ke tokonya lantaran barangnya lebih lengkap dibandingkan lapak. "Kalau lapak biasanya hanya menjual kurma dan air zam-zam saja," ujar Fairouz lagi. Menjelang pulangnya jamaah haji, harga-harga oleh-oleh favorit haji seperti air zam-zam bisa naik sampai lebih dari 50%. Saat ini harga 10 liter air zam-zam di toko Fairouz masih di kisaran Rp 170.000. "Tapi, nanti bisa saja menjadi Rp 400.000 bila barangnya langka," tukas Fairouz. Demikian pula kacang pistasio. Jika tahun lalu kacang ini masih dihargai Rp 70.000 per kilogram (kg), kini harganya mencapai Rp 125.000 per kg. Sementara harga kurma Rosul Rp 300.000 per kg. Karena stoknya banyak, Fairouz memperkirakan harga kurma hanya naik sekitar Rp 10.000 saja per kilogramnya.
Para pedagang lain juga menikmati kenaikan omzet tahun ini walaupun tidak sebesar yang diperoleh Fairouz. Bambang, pemilik salah satu lapak di Pasar Seng, misalnya. Ia mengaku, omzet hariannya selama musim haji ini bisa mencapai Rp 2 juta. "Rata-rata omzet saya Rp 1 juta sampai Rp 2 juta sehari," ujar pria asal Jawa Tengah. Tahun lalu, katanya, bisa mendapat omzet Rp 1 juta sehari saja sudah bagus. Bambang mengaku banyak menjual air zam-zam dan aneka kurma. Pasalnya, kedua produk ini memberinya untung besar.Namun, Bambang merasa, lapaknya masih kurang ramai bila dibanding dengan lapak-lapak yang berada di depan sentra karpet Tanah Abang. "Mungkin karena di sini parkirnya susah," ujarnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan