Meski produksi 2018 turun, kinerja BUMI diproyeksi masih menjanjikan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Laba bersih PT Bumi Resources Tbk (BUMI, anggota indeks Kompas100 ini) di sepanjang tahun 2018 lalu tercatat ada di level US$ 220,97 juta. Jika dibandingkan dengan laba bersih tahun 2017 sebesar US$ 369,88 juta memang jumlahnya turun 40,3%.

Namun tahun 2017 lalu terdorong akibat adanya amnesti pajak dan keuntungan atas revaluasi aset yang mencapai US$ 740,38 juta. Pasalnya Jika kedua faktor ini dipisahkan, BUMI memiliki laba inti US$ 128 juta, naik 7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dileep Srivastava, Direktur BUMI mengatakan, secara keseluruhan, penjualan BUMI di sepanjang tahun 2018 lalu sebesar 80,6 juta ton, menurun 4% jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 83,9 juta ton. Dari sisi produksi masih cukup stabil di level 83,3 juta ton atau turun 0,47% dari tahu 2017 sebesar 83,7 juta ton.


Menurutnya, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi adalah curah hujan yang tinggi untuk area tambang PTKaltim Prima Coal (KPC) dan adanya genangan di tambang milik Arutmin pada awal tahun 2018 lalu yang berdampak pada produksi.

“Adanya pembatasan impor batubara Cina di kuartal IV 2018, perlambatan impor batubara India karena adanya pelemahan nilai tukar,” ujar Dileep kepara Kontan, Senin (1/4).

Lebih lanjut, Dileep menjelaskan strategi yang akan dilakukan antara lain dengan memaksimalkan penjualan domestik, membatasi ekspor. Sebagai produsen batubara yang tidak berlebihan pasokan di pasar ekspor yang sedang tertekan yang bisa menurunkan harga batubara, mengontrol produksi dan membangun persediaan batubara akhir tahun sangat penting untuk menjaga penjualan di kuartal I 2019.

“Ini untuk menjaga selama musim hujan ketika produksi biasanya turun. Dan, merealisasikan harga batubara yang lebih tinggi karena pasar China dan India akan menjadi normal,” ujar Dileep.

Untuk 2019 ini, menurut Dileep, pihaknya menargetkan produksi batubara bisa berada di rentang 88 juta ton sampai 90 juta ton dengan harga di rentang US$ 56 per ton. Biaya akan dijaga di level US$ 36 per ton.

Di sektor keuangan pihaknya akan terus mengupayakan penyelesaian utang dengan skema tranche sebesar US$ 200 juta sampai US$ 250 juta tahun ini.

Robetus Hardy, Analis Kresna Sekuritas mengatakan, tahun 2019 pihaknya memproyeksikan produksi batubara BUMI bisa tembus 86 juta ton sampai 88 juta ton dan akan menghasilkan laba bersih tahun 2019 sebesar US$ 259 juta.

Dengan potensi tersebut Robertus merekomendasikan buy BUMI dengan target harga Rp 400 per saham. Hari ini, Senin (1/4) saham BUMI ditutup melemah 0,81% ke level Rp 122 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli