Meski produktivitas diprediksi naik, penyerapan gabah petani tetap rendah



JAKARTA. Meski produksi gabah tahun ini diperkirakan lebih baik, tapi tingkat produktivitas gabah para Maret tahun ini lebih rendah ketimbang tingkat produktivitas gabah pada periode yang sama tahun lalu. Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan Winarno Tohir mengatakan, tingkat produktivitas padi pada Maret 2011 ini sekitar 4,6 ton per hektare (ha). Sedangkan pada Maret 2010, tingkat produktivitas padi sekitar 4,7 ton - 4,8 ton per ha. Angka ini masih jauh di bawah angka produktivitas rata-rata tanaman padi yang sekitar 5,1 ton per ha. "Produktivitas turun karena curah hujan masih sangat tinggi ketika panen," ujarnya Rabu (20/4).Tapi, Winarno menambahkan, padi yang dipanen pada April ini tingkat produktivitasnya makin membaik. Bulan ini, tingkat produktivitas tanaman padi sudah mencapai 5,1 ton -5,2 ton per ha. Padahal, pada April tahun lalu tingkat produktivitas tanaman padi hanya sekitar 4,5 ton - 4,6 ton per ha.Sebenarnya, tahun ini kondisi curah hujan cukup baik. Ia memperkirakan tahun ini luas areal tanam padi bisa bertambah menjadi sekitar 13 juta ha, naik dari tahun lalu yang sekitar 12,8 juta ha.Dengan begitu, Winarno optimistis target produksi padi nasional tahun ini akan tercapai. Catatan saja, Kementerian Pertanian mematok target produksi padi sebesar 70,6 juta ton gabah kering panen (GKP). Dalam musim panen periode rendengan atau Maret - April dan akan berakhir Mei nanti diperkirakan sudah mencapai sekitar 60% dari total target. Artinya, produksi padi yang dihasilkan selama musim panen kali ini sekitar 42,36 juta ton GKP.Tapi, ia tetap pesimistis realisasi penyerapan gabah petani oleh Bulog tercapai. Sebab, pemerintah tidak menaikkan HPP (Harga Pembelian Pemerintah). “Sehingga petani lebih memilih untuk menjual gabahnya ke pihak lain," katanya.Jika menjual gabah di luar Bulog, petani bisa menikmati harga beras sekitar Rp 5.800 - Rp 6.000 per kilogram (kg). Sementara itu, HPP untuk beras medium sebesar Rp 5.080 per kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini