JAKARTA. Sepanjang Januari-Mei 2017, ada 130 produk reksadana baru yang dilepas ke pasar. Produk-produk reksadana baru ini mayoritas berhasil mencatat kinerja positif. Kinerja sebagian di antaranya bahkan melampaui indeks acuannya. Data Infovesta Utama menunjukkan, produk reksadana baru yang meraih
return tertinggi bernama Victoria Prime Equity Fund, yakni mencapai 12,9%. Ini merupakan reksadana saham besutan PT Victoria Manajemen Investasi, yang terbit pada 29 Maret 2017. Reksadana saham Panin Beta One yang dikelola Panin Asset Management juga meraih imbal hasil optimal. Hingga akhir Mei, reksadana ini mencatatkan
return 2,42%. Angka ini berada di atas
Infovesta Equity Fund Index yang naik 1,8% sejak tanggal redaksana ini terbit, yaitu 31 Maret 2017 hingga akhir Mei 2017.
Dalam mengelola reksadana ini, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, manajer investasi memilih sekitar 80 saham dengan pendekatan dan pembobotan berbasis kuantitatif, sehingga bisa menyamai kinerja IHSG. Kami mengupayakan agar selisihnya seminimal mungkin, kata Rudiyanto. Ia menargetkan, selisih imbal hasil Reksadana Panin Beta One dengan IHSG tidak lebih dari 2%. Prediksi Panin, hingga akhir tahun IHSG bisa mencapai 6.200. Pada jenis reksadana campuran, ada sepuluh produk pendatang baru tahun ini. Salah satu reksadana campuran yang berkinerja gemilang adalah reksadana besutan PT Sucor Asset Management bertajuk Sucorinvest Anak Pintar. Produk yang terbit 23 Februari lalu ini berhasil mencetak
return 5,69% hingga 31 Mei 2017. Angka ini lebih besar dibanding kenaikan
Infovesta Balanced Fund Index yang sebesar 3,85% pada periode yang sama. Pelaksana Tugas CEO Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana reksadana ini utamanya mengalokasian dana pada efek-efek yang termasuk dalam jajaran saham LQ45. Kinerja reksadana ini bisa positif terutama didorong kenaikan harga saham
big caps berbasis infrastruktur dan perbankan, setelah Standard & Poor's menaikkan peringkat utang Indonesia jadi
investment grade. Kendati begitu, saham sektor komoditas mendapat porsi terbesar dalam portofolio reksadana ini, diikuti sektor keuangan serta perdagangan dan jasa. Kami mempertahankan porsi sektor komoditas sekitar 16%-20%, kata Jemmy. Jemmy memprediksi, imbal hasil reksadana campuran akan mencapai sekitar 15% hingga akhir tahun. "Tapi mungkin untuk produk baru seperti ini targetnya di kisaran 10%-12%," tandas dia. Faktor S&P Reksadana terproteksi menjadi reksadana yang paling banyak diterbitkan tahun ini, yakni sebanyak 62 produk. Di posisi kedua ternyak setelah reksadana terproteksi adalah reksadana saham, dengan 23 produk baru (
lihat tabel).
Head of Investment Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, penerbitan reksadana baru sejak awal tahun didominasi reksadana saham. Hal ini sejalan dengan IHSG yang menguat hingga 8% sejak awal tahun. Tak heran bila kinerja reksadana saham sudah bagus sejak awal terbit, kata Wawan. Katalis positif lainnya, keputusan S&P menaikkan peringkat utang Indonesia jadi
investment grade. Hal ini diharapkan bisa mendorong dana asing masuk lebih banyak. Faktor kenaikan suku bunga dan inflasi yang relatif rendah juga menjadi katalis positif untuk reksadana saham hingga akhir tahun.
Hingga akhir tahun nanti, Wawan memprediksi reksadana saham bisa memberi imbal hasil 10%. Sedang
return campuran 9%-8%, pendapatan tetap 7%-8% dan pasar uang 5%. Produk Reksadana Baru 2017
Jenis Reksadana | Jumlah |
Reksadana Saham | 23 |
Reksadana Pendapatan Tetap | 21 |
Reksadana Pasar Uang | 12 |
Reksadana Campuran | 10 |
Reksadana Exchange Traded Fund | 2 |
Reksadana Terproteksi | 62 |
Total | 130 |
Hingga 31 Mei 2017 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia