Meski rugi, broker Garuda tak Lagi punya beban



JAKARTA. Ketiga broker penjamin emisi saham perdana Garuda Indonesia siap-siap menanggung rugi. Saham Garuda akhirnya terjual dengan harga Rp 620 per saham. Harga tersebut lebih rendah Rp 130 per saham dibandingkan saham perdana Garuda sebesar Rp 750 persaham.

Melalui bendera PT Trans Airways, konglomerat Chairul Tanjung memborong 10,88% kepemilikan saham di maskapai nasional tersebut. "Trans Airways adalah penawar harga tertinggi," kata Eko Yuliantoro, Direktur Utama Bahana Securities, Jumat (27/4)

Padahal Berdasarkan perhitungan KONTAN, Danareksa Securitas, Bahana Securitas serta Mandiri Securites akan merugi puluhan miliar rupiah. Tapi, tentu saja ada kabar baik, yakni keuangan ketiga perusahaan sekuritas tersebut berpeluang normal, karena tidak lagi mendekap saham Garuda. Maklum akibat memegang saham tersebut, akhir tahun lalu ketiganya merugi.


Sekadar mengingatkan, saat IPO Garuda, Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Bahana Securities terpaksa menyerap sisa saham yang tidak laku di pasar. Jumlahnya sekitar 3 miliar saham, senilai kurang lebih Rp 2,25 triliun.

Rinciannya, Bahana Sekuritas memegang 4,37% dari total saham atau sebanyak 990 juta saham senilai Rp 249 miliar. Sedangkan Danareksa Sekuritas memegang 2,21% dari total saham atau 499 juta saham. Mandiri Sekuritas menyerap 2,09% saham atau sebanyak 473 juta saham.

EVP Corporate Communication Mandiri Sekuritas, Febriati Nadira, juga belum bersedia berkomentar soal potensi kerugian ini. Ia beralasan proses penawaran masih berlangsung. "Yang menangani prosesnya Morgan Stanley," katanya Jumat (27/4). Direktur Morgan Stanley, Oki Ramadhana tak menjawab pertanyaan KONTAN.

Syukurlah optimisme muncul dari salah satu trio lead underwritter tersebut. "Kami berharap, performa kami setelah pelepasan saham tersebut akan lebih baik," ujar Marciano Herman, Direktur Utama Danareksa Sekuritas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can