Rupiah Ambrol Ke Rp 15.000, Ini Perusahaan yang Bakal Diuntungkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu (6/7) dengan turun 0,85% ke level 6.646,41. Pelemahan ini seiringan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. 

Rupiah pasar spot ditutup melemah 0,04% ke Rp 14.999 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara, di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 0,16% ke level Rp 15.015 per dolar AS. 

Senior Analyst Equity Research Emtrade, William Siregar mengatakan, pelemahan rupiah ini menjadi salah satu alasan asing hengkang dari pasar modal Indonesia karena investor cenderung mengamankan aset ke tempat yang lebih aman. 


Baca Juga: Wall Street Menguat Ditopang Risalah Rapat The Fed

"Pelemahan rupiah ini karena inflasi tinggi di Juni level 4,35% dan ajaibnya BI memutuskan tidak menaikkan tingkat suku bunga itu kenapa asing engak suka dan lebih balikin aset mereka ke tempat lebih aman," kata dia dalam sesi live instagram, Rabu (6/7). 

Mengutip data RTI, investor asing mencatat net sell atau jual bersih Rp 308,23 miliar di seluruh pasar. Adapun net sell asing mencapai total Rp 1,82 triliun dalam lima hari perdagangan terakhir. 

Meski begitu, William menyebut masih ada perusahaan atau sektor yang berpotensi menuai keuntungan di tengah pelemahan rupiah ini. Dia memaparkan setidaknya ada tiga ciri perusahaan yang berpotensi cuan. 

Baca Juga: IHSG Bisa Menguat pada Kamis (7/7), Simak Rekomendasi Saham MIKA, TOWR, dan BBCA

Pertama, ketika ada pelemahan pelaku pasar atau investor bisa mencari perusahaan yang punya eksposur ekspor besar. Menurut dia, di Indonesia masih banyak perusahaan yang dominasi ekspor dengan menggunakan dolar AS. 

"Kedua, perusahaan komoditas yang kebanyakan bisnisnya menggunakan dolar AS. Harga batubara juga masih cukup tinggi jadi sektor ini juga pasti diuntungkan dari pelemahan rupiah," imbuh  William. 

Ketiga, saham yang punya rasio utang terhadap modal atawa debt to equity ratio (DER) rendah atau bahkan minim utang. Dia menjelaskan biasanya perusahaan yang punya utang tinggi akan tertekan ketika BI mengerek tingkat suku bunga. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati