KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal pekan, rupiah sempat mengalami penguatan meskipun pada penutupan perdangan di pasar spot yang menguat 0,01%. Faktor eksternal masih menjadi sentimen utama dalam penyebab penguatan tipis pada kurs rupiah terhadap dollar ini. Hingga akhir penutupan, data dari bloomberg menunjukan rupiah mengalami penguatan di Rp 14.238 per dollar AS atau menguat sebesar 0,01%. Berdasarkan kurs referensi JISDOR, rupiah juga mengalami penguatan hingga menempatkan mata uang garuda di level Rp 14.203 per dollar AS atau menguat 0,39%.
Baca Juga: Rupiah ditutup menguat tipis 0,01% ke posisi Rp 14.234 per dolar AS, Senin (19/8) Direktur PT Garuda berjangka Ibrahim mengatakan bahwa penguatan ini disebabkan oleh beberapa sentimen global dan sentimen domestik. Hanya saja, sentimen global masih mendominasi pergerakan rupiah hingga penutupan perdagangan. Dari sentimen positif global, Ibrahim bilang perilaku pasar saat ini hati-hati dengan debut suku bunga acuan baru China pada hari Selasa besok. Rencana ini telah diumumkan oleh Bank Rakyat Tiongkok pada akhir pekan lalu yang termasuk dalam reformasi suku bunga. Menurut Ibrahim, penurunannya masih belum terlihat. Tapi, ia memprediksikan Bank Rakyat Tiongkok bisa menurunkan 10-45 bps suku bunganya. “untuk membantu menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan dan mendukung perlambatan pertumbuhan, yang telah dilanda perang dagang dengan AS,” ujar Ibrahim. Selain itu, dari domestik, Ibrahim berpendapat bahwa rupiah menguat tipis karena adanya optimisme untuk data PDB. Hal ini tampak pada pidato presiden Joko Widodo Jumat lalu yang mengatakan bahwa adanya optimisme PDB dalam RAPBN th 2020 di patok di level 5,3%. “Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2013,” jelas Ibrahim.