Meski Sepi Peminat, Lelang SUN Capai Target Rp 3 Triliun



JAKARTA. Meskipun target pendapatan lelang sebesar Rp 3 triliun berhasil dicapai, namun hajatan lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilakukan hari ini (26/8) terbilang sepi. Hal itu dapat terlihat dari jumlah penawaran masuk yang hanya sebesar Rp 5,69 triliun. Sementara, jumlah nominal yang dicapai adalah adalah sebesar Rp 3,96 triliun.

Sekadar informasi, ketiga SUN yang dilelang kemarin adalah SPN20090731, FR0036 dan FR0050. Penawaran yang masuk untuk SPN20090731 mencapai Rp 2,06 triliun. Sedangkan jumlah yang dimenangkan sebesar Rp 1,71 triliun dengan yield sebesar 10,695%.

Sementara itu, FR0036 yang jatuh tempo hingga 15 September 2019 mendapat penawaran hingga sebesar Rp 2,68 triliun. Dari nominal yang masuk, Pemerintah hanya mengambil Rp 1,5 triliun dengan memberikan yield sebesar 12,24%.


Lain halnya dengan FR0050 yang memiliki durasi jatuh tempo hingga 30 tahun ke depan. SUN FR0050 ini ternyata sepi dari peminat. Penawaran yang masuk tidak sampai Rp 1 triliun, dengan jumlah yang dimenangkan pemerintah hanya sebesar Rp 750 miliar. Sementara yield yang ditawarkan adalah sebesar 12,51%.

Likuiditas Saat ini Makin Ketat

"Likuiditas pasar, terutama bank saat ini sedang ketat," ujar Rahmat Waluyanto, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan melalui sebuah pesan singkatnya, hari ini (26/8). Oleh karena itulah permintaan yield dari para investor cenderung tinggi.

Hal ini, menurut Rahmat, bisa terlihat dari beberapa fakor. Pertama, jumlah dana dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang semakin menurun. Kedua, industri perbankan saat ini sedang berlomba-lomba menaikkan bunga deposito. Faktor yang terakhir adalah naiknya ongkos dana (cost of fund) yang mengakibatkan penawaran yield untuk SUN naik, agar return tersebut dapat mengompensasi naiknya cost of fund tersebut.

Sementara itu, Analis Obligasi dari Bank Danamon Helmi Arman, menilai, kecilnya minat investor terhadap FR0050 yang memiliki durasi waktu investasi hingga 30 tahun karena segmen pasarnya masih terlampau kecil. Kondisi ini disebabkan atas dua hal. Salah satunya yakni, tingkat likuiditas produk tersebut yang dinilai kurang. Selain itu, karena durasi yang semakin panjang, tentunya akan berimplikasi pada penawaran yield yang semakin tinggi.

"Mereka yang masuk hanya sebatas pada dana-dana pensiun dan semacamnya," ujar Helmi. Ia memperkirakan pergerakan yield beberapa waktu kedepan cenderung side ways. "Saat ini tidak ada katalis yang dapat menyebabkan adanya tren penguatan," tegas Helmi. Kinerja industri semester pertama menurut Helmi kemungkinan masih seret dalam arti kurang menggembirakan.

Analis Obligasi PT Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto menilai perbedaan yield yang tipis antara FR0036 dan FR0050 membuat investor memiliki kecenderungan lebih memilih investasi yang berdurasi pendek. "Yield yang diberikan pemerintah dan diterima investor sama-sama menguntungkan," ujar Handy. Hal ini sudah sesuai dengan prediksinya sebelumnya.

Menurut Handy, perekonomian Amerika Serikat yang masih belum pulih, menjadi alasan tingginya minat investor asing dalam  membenamkan uangnya di SUN. Apalagi dengan perkiraan inflasi yang akan kembali ke level satu digit di tahun 2009, merupakan daya tarik tersendiri bagi investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie