KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi masih sulit diprediksi di tahun depan. Namun, harga masih cukup kuat setidaknya hingga kuartal I-2023.
Research & Development ICDX Girta Yoga menjelaskan bahwa kebijakan global yang berpotensi untuk menekan harga komoditas energi salah satunya adalah kebijakan pengurangan emisi atau peralihan ke energi hijau. Aksi tersebut disinyalir akan berdampak pada pengurangan permintaan untuk batubara, minyak mentah dan gas alam yang ketiganya termasuk bahan bakar berbasis fosil.
Girta melanjutkan, pemberlakuan embargo dan pembatasan harga untuk komoditas dari Rusia juga tidak kalah penting dampaknya bagi harga komoditas energi. Sebab, Rusia menduduki posisi penting sebagai pemasok utama minyak dunia atau pun gas alam. "Dampak yang paling berpotensi akan terasa di pasar global adalah gangguan pasokan di secara global," kata Girta kepada Kontan.co.id, Jumat (16/12).
Baca Juga: Harga Minyak Naik Tipis Pada Jumat (16/12) Pagi Setelah Kemarin Terjun Dia melanjutkan, apabila dikaitkan dengan ancaman resesi yang melanda ekonomi utama dunia seperti Amerika Serikat (AS) dan China, hal itu juga mempengaruhi sisi permintaan untuk hampir semua komoditas, termasuk komoditas energi. Sementara untuk konflik Ukraina dan Rusia dapat membantu meningkatkan permintaan karena kedua negara tersebut sama-sama merupakan produsen utama komoditas energi. Semakin lama konflik terjadi, maka salah satu potensi yang paling mungkin adalah pelaku pasar mencari pasokan alternatif pengganti energi. Kendati demikian, Girta melihat bahwa harga komoditas energi dipastikan masih tinggi setidaknya sampai kuartal I-2023. Situasi musim dingin tahun ini diperkirakan akan terjadi suhu yang lebih dingin dari biasanya. "Dengan demikian, kemungkinan besar akan mendorong kenaikan permintaan komoditas energi terutama keperluannya sebagai bahan bakar listrik untuk penghangat ruangan," imbuh Girta. Lebih lanjut dia bilang, penentu arah komoditas energi selanjutnya bakal ditentukan pada akhir Desember 2022. Kenaikan permintaan ini tentunya juga menjadi sentimen positif pendongkrak harga komoditas terkait yakni batubara, minyak mentah ataupun gas alam.
Baca Juga: Selain Sektor Keuangan, Saham Sektor Energi dan Konsumen Primer Masih Bisa Dilirik Adapun, Girta memperkirakan harga minyak mentah berpotensi menemui level
resistance di kisaran harga US$ 100 - US$ 110 per barel, dan level
support di kisaran harga US$ 70-US$ 60 per barel di kuartal I-2023.
Harga batubara berpotensi menemui level
resistance di kisaran harga US$ 450 - US$ 475 per ton, dan level
support di kisaran harga US$ 350 - US$ 325 per ton. Sementara, harga gas alam berpotensi menemui level
resistance di kisaran harga US$ 8,50 - US$ 9,50 per mmbtu, dan level
support di kisaran harga US$ 5,00 - US$ 4,00 per mmbtu. Mengutip Tradingeconomics pukul 19.12, harga gas alam berada di US$ 6,58 mmbtu. Harga minyak mentah sebesar US$ 74,64 per barel. Sementara harga batubara di area US$ 405 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari