Meski sulit, Unilever global akan tetap mempertahankan pembagian dividen



KONTAN.CO.ID - AMSTERDAM. Unilever mengaku turut terimbas efek penyebaran virus corona. Penjualan produk makanan yang dimilikinya menurun. Sebagai langkah antisipasi, perusahaan ini mempercepat peluncuran produk pembersih baru. Perusahaan multinasional ini memutuskan meluncurkan lebih cepat karena masa di rumah saja yang lebih panjang untuk mencegah virus corona di tengah menurun penjualan makanan. 

Unilever berharap permintaan pembersih rumah tangga di bawah merek Domestos dan Cif meningkat. Sementara pada bisnis lain yakni penjualan es krim justru merosot. 

Baca Juga: Produsen Es Krim Berlomba Luncurkan Varian Produk Baru


Chief Executive Officer Unilever, Alan Jope seperti dikutip Bloomberg menjelaskan, perusahaan ini mempercepat peluncuran produk higiene berbasis botani di China. Unilever juga akan ekspansi dengan produksi pembersih tangan, yang merupakan bagian kecil dari bisnis Unilever sebelum krisis. Jope menjelaskan, sekarang sekitar 30 fasilitas produksinya di seluruh dunia memproduksi hand sanitizer. 

"Sebagian besar gel disumbangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, tetapi beberapa dijual," kata Jope seperti dikutip Bloomberg.

Unilever juga sudah memantau kondisi kas perusahaan. Unilever disebut telah mengambil langkah-langkah untuk menjaga kas tetapi tidak seperti perusahaan lainnya. Meski begitu, perusahaan ini akan tetap mempertahankan pembagian dividen, setidaknya untuk kuartal pertama tahun ini. 

Efeknya hingga kuartal I tahun ini, kinerja perusahaan Inggris-Belanda ini di bawah ekspektasi para analis yang memperkirakan tumbuh 2,1%. Karena itu, Unilever menarik hitungan target kinerja tahun ini. Saham Unilever di Amsterdam jatuh sebanyak 4,1% Kamis pagi di € 44,77 per saham.  

Baca Juga: Ini dampak virus corona ke Kino Indonesia (KINO) dan Unilever Indonesia (UNVR)

"Tinjauan strategis bisnis teh Unilever sedang berlangsung," kata Jope. Sebab menurut dia, penjualan teh hitam mengalami penurunan struktural dan krisis tapi belum mengubah pandangan Unilever tentang prospek bisnis ini.

Editor: Avanty Nurdiana