KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor emas tak pernah luntur. Emas tetap menjadi pilihan investasi favorit bagi kebanyakan orang. Sebab, pergerakan harga emas cenderung naik. Kalaupun harganya turun, tidak akan merosot drastis sehingga bisa menjadi alternatif strategi diversifikasi investasi. Pengamat Mata Uang dan Komoditas Lukman Leong memperkirakan, emas makin akan bersinar di tahun 2024 seiring pelonggaran kebijakan suku bunga oleh bank-bank sentral dunia, terutama Federal Reserve.
Emas adalah jenis investasi safe haven. "Jadi sebenarnya bukanlah investasi yang diharapkan memberikan return yang tinggi. Emas juga merupakan aset yang sangat likuid," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/12). Ia membenarkan bahwa emas cocok sebagai diversifikasi investasi untuk meminimalisasi risiko investasi. "Investasi emas memang pada umumnya bersifat jangka panjang. Manfaatnya bisa dirasakan kapan pun ketika timbulnya risiko-risiko perang, keamanan, tensi global," ujar Lukman. "Idealnya emas memang tidak ideal untuk investasi jangka pendek," tambahnya.
Baca Juga: Emas Mencatatkan Kinerja Terbaik Sejak 2020 di Tengah Harapan Penurunan Suku Bunga Menurut Lukman, idealnya poris investasi emas sekitar 5%-10% dari total investasi. Bagi investor pemula, kata Lukman, yang perlu dipersiapkan dari sisi efisiensi harga, hindari perhiasan dan emas dengan gram kecil. "Bagi yang tidak ingin memegang emas fisik atau tidak memiliki tempat penyimpanan, alternatif adalah membeli paper gold dari institusi yang terpercaya," kata Lukman. Sementara itu, Perencana Keuangan sekaligus Founder Finansia Consulting Eko Endarto menuturkan, emas selalu menarik selain untuk portofolio bisa juga untuk menjaga likuiditas. Menurut Eko, kelebihan investasi emas antara lain, likuiditas, accept able, inflation protect. "Bagi pemula, tips investasi emas yakni tentukan dan sesuaikan dengan tujuan keuangannya," kata Eko saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/12). Senada, Perencana Keuangan Ahmad Gozali mengungkapkan, emas bisa melindungi dari risiko inflasi dan penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Makanya emas bisa jadi pengimbang investasi lainnya yang berpotensi terpapar risiko tersebut.
"Emas biasanya naik tinggi saat pertumbuhan ekonomi sedang naik tinggi, atau sebaliknya saat ekonomi melemah atau sedang inflasi tinggi," ucap Ahmad saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/12). Emas, kata Ahmad, memang tidak cocok untuk jangka pendek karena kenaikan harganya jarang tinggi dalam jangka pendek. Ia juga mengatakan, emas perhiasan tidak cocok untuk investasi karena kadarnya rendah, tidak terstandarisasi, dan biayanya sangat tinggi. Emas yang cocok untuk investasi adalah emas batangan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat