KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog harapkan kedelai impor untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri segera masuk. Meski saat ini proses pengiriman kedelai tersebut masih terkendala proses karantina di negara asal. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso atau yang akrab disapa Buwas mengatakan, kedelai impor sebelumnya diharapkan dapat masuk pada November. Namun kembali impor memerlukan rangkaian alur yang tak mudah. "(Sampai akhir Nataru?)
InsyaAllah, saya
tetep berusaha. Tapikan saya
ngga bisa bilang pasti datang (Nataru), nanti kalau
ngga datang jadi saya bohong kan. Saya
ngga bisa bisa seperti itu," kata Buwas ditemui di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12).
Baca Juga: Stok Kedelai Semakin Tipis, Harga Tahu dan Tempe Bisa Meroket Buwas mengatakan, impor kedelai dilakukan oleh pihaknya sendiri. Ia mengatakan, dengan impor yang dilakukan sendiri akan membuat harga yang didapatkan lebih rendah. Sehingga perajin tahu tempe dapat membeli kedelai paling tinggi Rp11.000 per kilogram. Sayangnya Buwas mengungkap, persoalan impor tak semudah itu. Terutama perizinan hingga karantina dari negara asal atau saat di Indonesia. "Kita baru lego-lego,
sebenernya barangnya ada tapi kepastian berangkatnya itu yang belum ada. Karena surat-suratnya itu yang belum bisa mereka berangkat ke sini. Disana harus ada karantina, terus ada persetujuan dari sini juga karantinanya. Itu salah satunya. Jadi
ngga mudah, dan ini pengalaman buat saya, ternyata memang
ngga semudah itu," jelasnya. Saat ini Bulog sudah menjajaki beberapa negara untuk memasok kedelai ke Indonesia. Hanya saja Buwas belum menyebut mana saja negara yang dimaksud. Kendati demikian, Buwas memastikan Indonesia akan mengimpor kedelai dengan kualitas terbaik bagi para perajin tahu tempe. Hasil lab kualitas kedelai dari beberapa negara pemasok sudah dimiliki Bulog. Kemudian dari hasil lab tersebut sudah dikomunikasikan dengan para perajin untuk menentukan mana kedelai yang diinginkan. "Hasil lab disini ada dari beberapa negara. Akhirnya kita putuskan bahwa inilah kualitas yang kita pilih dari kebutuhan pada perajin tahu tempe. Nah ini sudah kita komunikasi kepada perajin," ujarnya. Meski temui beberapa kendala dalam mendatangkan kedelai impor, Buwas tetap akan melakukan impor sendiri. Pasalnya dengan demikian perajin tahu tempe dapat memperoleh harga kedelai lebih murah. Saat ini harga kedelai meroket mencapai lebih dari Rp14.000 per kilogram. "Karena pajale adalah kewenangan dari Bulog, harusnya terhadap tiga komoditas ini tidak bisa dipegang swasta. Harus Bulog. Jangan dipegang swasta kan bisa dikendalikan harganya oleh mereka," ungkap Buwas. Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin mengatakan subsidi kedelai yang diberikan pemerintah saat ini sudah tidak relevan dengan makin naiknya harga.
Baca Juga: Badan Pangan Sebut Stok Kedelai Hingga Akhir Tahun Menipis Saat ini harga kedelai dari data Badan Pangan Nasional per 3 Desember sudah menyentuh Rp14.765 per kilogram. Gakoptindo menilai dengan tren kenaikan harga kedelai saat ini subsidi Rp1.000 per kilogram bagi perajin tahu tempe perlu ditambah.
"Kita usul pada Pak Menteri Perdagangan subsidi ditambah dari Rp1.000 ke Rp3.000. Tapi ini belum disetujui. Tapikan udah ada keputusan bahwa subsidi kedelai sampai akhir tahun Rp1.000," kata Aip dihubungi Kontan.co.id, Senin (5/12). Dengan demikian Aip berharap Kementerian Perdagangan khususnya Dirjen Perdagangan Dalam Negeri untuk mengumumkan adanya kenaikan harga tempe dan tahu. Pasalnya dengan harga kedelai yang terus naik membuat biaya produksi perajin tahu tempe ikut membengkak. Kenaikan biaya produksi perajin tahu tempe saat ini berkisar 30-40%. "Maka suka ngga suka, harga tempe tahu harus naik," kata Aip. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .