Meski terkendali, inflasi harus diwaspadai



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi awal tahun 2019 terkendali, bahkan lebih baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kendati rendah, pemerintah harus mewaspadai inflasi harga bergejolak alias volatile food karena berada di level tinggi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi bulanan pada Januari 2019 sebesar 0,32% atau 2,82% secara tahunan. Inflasi Januari 2019 terendah untuk bulan yang sama selama empat tahun terakhir yang selalu di atas 0,5%.

Penyebabnya, komponen administered price atau harga yang diatur pemerintah mengalami deflasi 0,12%. Penurunan terjadi pada harga rokok kretek filter dan tarif kereta. Sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan juga deflasi 0,12%.


Penyumbang deflasi adalah penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), seperti Pertalite, Pertamax, serta Pertamax Turbo. "Ini menjadi awal yang bagus untuk pengendalian inflasi," kata Kepala BPS Suhariyanto, Jumat (1/2).

Namun, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tetap harus waspada lantaran pendorong inflasi adalah volatile food yang menyumbang inflasi 0,92% dengan andil 0,18%. Berdasarkan komoditas, kontributor inflasi terbesar adalah kenaikan harga ikan dengan sumbangan 0,06%, disusul harga beras yang berkontribusi 0,04%. "Inflasi komponen bergejolak ini perlu diperhatikan," ujar Suhariyanto.

Maklum, bobot volatile food terhadap perhitungan inflasi sangat besar. Salah satunya adalah beras dengan bobot 3,8%. Sehingga, sekecil apapun perubahan harga komoditas ini akan sangat berdampak besar terhadap inflasi.

Memang, Suhariyanto menyebutkan, produk pertanian rentan terhadap cuaca. Sedangkan BMKG memperkirakan, curah hujan tinggi akan terjadi Januari-April 2019. "Banyak faktor yang tidak terduga," imbuh dia.

Menurut Myrdal Gunarto Ekonom Maybank Indonesia, pengendalian inflasi bukan hanya yang terkait dengan volatile food. Pemerintah dan BI harus memperkuat koordinasi untuk mengendalikan inflasi inti. Inflasi inti Januari 0,3%, lebih besar dibanding Desember lalu 0,17%.

Myrdal memprediksikan, inflasi hingga akhir 2019 nanti mencapai 3,7%. Soalnya, penyesuaian harga dari produsen ke konsumen yang tertunda tahun lalu dampak dari kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah.

Sedang Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai, inflasi di tahun politik berpotensi melesat. Di 2014, misalnya, inflasi melonjak hingga 8,36% karena kenaikan harga BBM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi