JAKARTA. Kendati penjualan bulanan kendaraan bermotor PT Astra International Tbk (ASII) tak memuaskan, perspektif investor terhadap raja otomotif ini masih positif. Hal itu tecermin dari harga saham ASII yang terus melambung. Harga ASII sempat menembus rekor tertinggi, Kamis (5/1) pekan lalu, di posisi Rp 77.450 per saham. Harga saham ASII terus menanjak di awal tahun ini. Padahal, volume penjualan kendaraan bermotor ASII secara bulanan menurun, baik roda dua maupun roda empat. Per November 2011, penjualan mobil ASII turun menjadi hanya 28.590 unit dari 47.218 unit pada Oktober 2011. Begitu pula penjualan roda dua yang merosot dari 415.071 unit menjadi 386.317 unit. Tapi investor tetap memburu saham ASII.
Mulai awal Desember 2011 hingga Januari 2012, tren harga saham ASII meningkat. Pada 2 Desember 2011, harga ASII di Rp 71.500 per saham. Tiga hari kemudian harganya menembus rekor di posisi Rp 77.450 per saham. Efek banjir di Thailand Namun, Aditya Srinath, analis JP Morgan Securities Indonesia, menilai sektor otomotif ASII masih gamang. Penyebabnya adalah penurunan penjualan kendaraan, terutama Toyota, akibat banjir di Thailand. Hal itu membuat pasokan komponen-komponen mobil dan CBU Toyota terhenti. "Belum ada penjelasan dari manajemen (Astra) terkait dampak banjir terhadap produksi Toyota," jelas dia dalam risetnya. Dus, Srinath merekomendasikan jual saham ASII. Credit Suisse juga memasukkan saham ASII ke dalam 10 efek paling mahal di Asia. Selain ASII, saham Indonesia yang masuk jajaran termahal Asia adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Namun, analis Valbury Securities Budi Rustanto menilai harga saham ASII masih layak koleksi. Satu alasannya, penjualan kendaraan bermotor ASII secara umum masih tumbuh. "Secara year on year, penjualan mobil dan motor ASII bagus dengan pertumbuhan masing-masing 12,9% dan 24,7%," ujar dia. ASII juga terus berekspansi. Anak usaha ASII, Toyota Astra Motor (ASII), akan menambah kapasitas produksi secara bertahap dari 100.000 unit per tahun hingga 150.000 unit per tahun. Perseroan menyiapkan dana US$ 385 juta untuk aksi ini.