Meski Tertekan, Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana campuran masih belum menunjukkan tajinya sepanjang tahun ini. Meski begitu, produk investasi ini dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik.

Berdasarkan data Infovesta Utama, secara industri kinerja reksadana campuran mencatatkan return negatif 1,99% MoM di April 2024. Sementara sejak awal tahun kinerjanya juga mencetak return negatif 1,12% YtD.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, lemahnya kinerja produk ini di April karena adanya arus keluar dana asing pada akhir Maret 2024. Sehingga memberikan tekanan terhadap rupiah dan menyebabkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


Turunnya IHSG juga disebabkan oleh adanya sengketa hasil Pemilu. Lalu, tertekannya kinerja sektor transportasi, teknologi, dan properti.

"Faktor global seperti perang Israel-Iran dan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi, mempengaruhi kebijakan suku bunga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).

Baca Juga: Avrist AM Catatkan AUM Rp 3,79 Triliun Hingga Awal Mei 2024

Meski kinerjanya tertekan, Reza menilai reksadana campuran masih menarik sebagai pilihan investasi. Sebab, potensi penguatan harga obligasi dan saham yang menjadi aset dasarnya.

"Inflasi di Indonesia dan AS yang dapat mempengaruhi harga obligasi, kondisi geopolitik global yang mempengaruhi pasar komoditas dan saham, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan meningkatnya optimisme masyarakat," sebutnya.

Tertekannya reksadana campuran secara industri turut menekan kinerja produk reksadana campuran HPAM, salah satunya HPAM Flexi Plus yang turun 1,62% MoM. Namun, produk tersebut masih mampu tumbuh 2,24% Ytd.

Baca Juga: Reksadana Saham Offshore Cetak Rapor Biru, Bisa Cuan di Akhir 2024?

Reza menuturkan, guna memaksimalkan return pihaknya menerapkan prinsip strategi long-bias yang berfokus pada pemimpin industri dan perusahaan dengan kisah pertumbuhan yang menarik.

Untuk porsi fixed income, HPAM menilai dari keseimbangan yield dan likuiditas, dan juga kondisi makro ekonomi. Proporsi atau racikan dibuat untuk memaksimalkan pengembalian yang disesuaikan untuk investasi dengan jangka waktu yang panjang, namun juga memasukkan patokan-patokan yang dapat membantu dalam memitigasi risiko.

"Kami seringkali memberikan usulan bagi nasabah untuk melihat long-term gain dan melalui volatilitas dan agar tidak panik jika melihat return negatif dalam jangka pendek," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati