Meski turun, harga minyak WTI bertahan di atas level US$ 70 per barel



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melemah pada Jumat (10/12) pagi. Meski turun, harga minyak WTI masih bertahan di atas level US$ 70 per barel.

Jumat (10/12) pukul 7.51 WIB, harga minyak WTI kontrak Januari 2022 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 70,55 per barel, melemah 0,55% ketimbang penutupan perdagangan kemarin pada US% 70,94 per barel. Harga minyak WTI masih menguat 6,47% dalam sepekan. Sedangkan harga minyak brent kontrak Februari 2022 di ICE Futures menguat 6,5% sejak awal pekan hingga kemarin.

Harga minyak menguat dalam sepekan setelah kekhawatiran atas varian corona omricon mereda. Varian baru ini diperkirakan bisa menyebar lebih cepat tapi dengan tingkat keparahan yang lebih rendah.


Baca Juga: Harga emas menuju pelemahan mingguan hingga Jumat (10/12)

Penguatan harga minyak tertahan di tengah kekhawatiran tentang prospek ekonomi China menyusul penurunan peringkat menjadi dua pengembang properti China. Kemarin, lembaga pemeringkat Fitch menurunkan peringkat pengembang properti China Evergrande Group dan Kaisa Group ke status default terbatas. 

Fitch menyebut, kedua perusahaan gagal membayar obligasi luar negeri, sementara sebuah sumber mengatakan bahwa Kaisa telah mulai bekerja untuk merestrukturisasi utang luar negeri senilai $12 miliar. Berita ini, "Memperburuk kekhawatiran pertumbuhan PDB China dan pada akhirnya dapat memengaruhi selera pembelian minyak dari pelanggan minyak mentah terbesar dunia," kata analis Rystad Energy Louise Dickson kepada Reuters.

Pada hari Rabu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberlakukan pembatasan Covid-19 yang lebih ketat di Inggris. Johnson mengatakan, orang harus bekerja dari rumah jika memungkinkan, memakai masker di tempat umum, dan menunjukkan izin masuk vaksin Covid-19 untuk masuk ke acara dan tempat tertentu.

"Meskipun tes laboratorium menunjukkan bahwa vaksin Pfizer memiliki efek menetralkan omicron, langkah-langkah baru sedang diperkenalkan untuk mencoba menghentikan penyebaran virus," kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM. 

Pasar didukung oleh komentar dari BioNTech dan Pfizer bahwa tiga suntikan vaksin COVID-19 mereka dapat melindungi terhadap infeksi dari varian Omicron.

Baca Juga: Awas, prediksi IHSG Jumat (10/12) rawan terkoreksi, ini pilihan saham selama Desember

Denmark juga merencanakan pembatasan baru, termasuk penutupan restoran, bar, dan sekolah. Sementara China telah menghentikan perjalanan wisata kelompok dari Guangdong. Korea Selatan telah mencatat rekor infeksi dan kasus tetap meningkat di Singapura dan Australia.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun pekan lalu ke level terendah dalam lebih dari 52 tahun di tengah kekurangan pekerja yang akut, menurut data baru yang diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS.

"Pasar minyak juga tidak selalu merespons berita ekonomi yang positif dengan baik, karena hal itu dapat mendorong Federal Reserve untuk mengetatkan kebijakan moneter," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Wabah omicron memicu penurunan 16% pada harga Brent dari 25 November hingga 1 Desember. Lebih dari setengah penurunan telah berbalik minggu ini. Tapi analis mengatakan pemulihan lebih lanjut dapat dibatasi sampai dampak Omicron lebih jelas.

Data inventaris AS yang dirilis pada hari Rabu juga membebani harga. Data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah turun 240.000 barel pekan lalu, jauh lebih sedikit dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters, dengan stok di pusat pengiriman Cushing di Oklahoma naik 2,4 juta barel. Stok bahan bakar juga naik dengan gabungan 6,6 juta barel. 

Baca Juga: Harga minyak mentah Indonesia (ICP) November turun jadi US$ 80,13 per barel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati