Meski turun, NIM perbankan di Indonesia masih tertinggi di ASEAN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketatnya persaingan bunga di industri perbankan mulai memangkas margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per Agustus 2019 posisi NIM ada di level 4,9% menurun dari periode setahun sebelumnya 5,14% secara industri.

Sejumlah bank besar juga mencatatkan penurunan NIM. Ambil contoh, PT Bank Mandiri Tbk per September 2019 membukukan NIM 5,58% atau turun 8 basis poin (bps) secara yoy.

Baca Juga: Duh, Kredit Bermasalah Masih Menghantui Kinerja Perbankan premium

Penurunan ini tak lain disebabkan tingginya pertumbuhan beban bunga perseroan di kuartal III 2019 sebesar 24,88% yoy dari Rp 19,08 triliun menjadi Rp 23,83 triliun. Sedangkan pendapatan bunga tumbuh lebih rendah sebesar 14,04%.

Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi menerangkan, penurunan NIM juga disebabkan oleh adanya perubahan segmen kredit perseroan dari korporasi ke segmen kecil seperti UKM. "Penurunan NIM masih lebih baik dibandingkan dengan bank pesaing (peers) kami," ujarnya di Jakarta, Senin (28/10).

Berbeda dengan Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru mencatatkan peningkatan NIM secara yoy dari 6,07% menjadi 6,23% pada kuartal III 2019. BCA bisa dibilang cukup irit dalam mengelola biaya dana alias cost of fund (CoF).

Baca Juga: Pendapatan bunga bersih perbankan mulai seret

Terbukti dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,4% yoy menjadi Rp 683,05 triliun. Dari total dana pihak ketiga (DPK) tersebut, 75% di antaranya merupakan dana murah yang naik 7,6% secara yoy menjadi Rp 513,88 triliun.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan bahwa pihaknya memang telah melakukan strategi penyesuaian suku bunga lebih cepat dibandingkan industri.

Editor: Yudho Winarto