JAKARTA. Sempat tertahan pekan lalu, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berlari. Kemarin (26/4), IHSG memperbarui rekor tertinggi sepanjang masa dan ditutup di posisi 5.726,53. Saham perbankan turut mendongkrak indeks saham. Empat saham bank: BBCA, BMRI, BBNI dan BBRI kemarin menduduki posisi 10 besar emiten penggerak IHSG. Adapun UNTR, BUMI dan LPPF memimpin
top gainers di kelompok indeks LQ45. IHSG kembali bergerak dalam tren bullish, mengekor indeks bursa saham regional. Sebelumnya, indeks Nasdaq di bursa AS menyentuh posisi tertingginya di level 6.000. Wall Street merespons positif laporan kinerja emiten dan rencana reformasi pajak Presiden Donald Trump.
Pasar modal Indonesia juga didukung faktor dalam negeri. Situasi sosial politik sudah mulai kondusif pasca Pilkada DKI Jakarta. Di sisi lain, laporan kinerja keuangan sejumlah emiten jumbo pada kuartal I 2017 terbilang memuaskan. Pada saat yang sama, emiten ramai-ramai mengguyur bursa saham dengan dividen. Tapi sejumlah analis mengingatkan, valuasi IHSG mulai meningkat. "Valuasi kita termasuk tinggi dan ini menjadi
warning. Saat ini pasar menunggu keputusan S&P terkait peringkat utang Indonesia," ungkap Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri. Tingginya valuasi IHSG juga diungkapkan Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman. Saat ini, PER IHSG memang relatif tinggi, yakni 24,7x. "Namun, apabila menilai valuasi forward PER 2017 sebesar 18x, maka valuasi bursa saham Indonesia relatif murah," ujar Norico. Hal ini lantaran ada potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan lebih baik. Proyeksi pertumbuhan laba emiten juga bakal lebih tinggi, yakni 25%. Hans mengemukakan, sejatinya minat investor masuk Indonesia bukan cuma dilihat dari sisi valuasi. Potensi penduduk yang cukup besar dan proyek infrastruktur juga menjadi faktor pemikat. Hans memprediksi, masih mungkin bagi IHSG untuk memperbarui rekornya. Dia memproyeksikan indeks saham bisa menembus level psikologis 5.800 pada akhir semester pertama tahun ini. Dengan catatan, Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia ke level investment grade. Hingga akhir 2017, Hans memprediksi IHSG di rentang 5.700-6.000.Norico juga melihat IHSG masih berpeluang menembus 6.000 menjelang akhir 2017. Asing masih yakin terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejak awal tahun hingga kemarin, pemodal asing sudah mencatatkan net buy senilai Rp 21,44 triliun di Bursa Efek Indonesia.
BNI Securities memperkirakan IHSG berpotensi mencapai 6.071 hingga akhir tahun.Analis NH Korindo Sekuritas, Bima Setiaji, menyebutkan secara siklus tahunan, bulan Mei adalah masa dimana IHSG mencapai puncak sebelum turun hingga Agustus, yang merupakan posisi bottom IHSG. "Oleh karena itu, saya yakin IHSG masih mempertahankan kenaikan sampai Mei sebelum akhirnya terkoreksi di bulan Agustus," prediksi dia. Bima menyebutkan, meski valuasi IHSG terbilang tinggi, investor masih tertarik masuk Indonesia. Sebab, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih menarik dibandingkan negara lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto