META Rights Issue Rp 748,7 miliar



Jakarta. PT Nusantara Infrastruktur Tbk (META) kembali berencana untuk menerbitkan saham baru melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Dalam rights issue ini, META akan merilis 8,5 miliar saham baru di harga Rp 88 per saham. Jika hajatan ini berjalan mulus, META akan mengantongi dana senilai Rp 748,70 miliar.

Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk mendukung sejumlah aksi korporasi META dan membayar utang. Sebagai contoh sebesar Rp 258,95 miliar (33% ) akan digunakan untuk membeli 99,97% saham PT Marga Utama Nusantara (MUN) dari Bosowa Investama. Perusahaan ini memiliki 25% saham PT Jakarta Lingkar Bersatu (JLB) yang mengelola tol Kebun Jeruk-Penjaringan.

META juga akan menggunakan dana sebesar Rp 291,99 miliar untuk membeli 27% saham PT JLB dari PT Bangun Tjipta Sarana. Sehingga melalui MUN, META akan menguasai 52% jalan tol Kebun Jeruk-Penjaringan. Selain itu, META akan memakai dana dari aksi korporasi ini, sebesar Rp 104,81 miliar untuk mencicil utang ke PT Bank Mega Tbk (MEGA). "Total utang kami ke Bank Mega sebesar Rp 850 miliar," ungkap Dani Hasan, Corporate Secretary META, kemarin (10/6).


Dalam penerbitan saham baru ini, setiap pemegang 100 saham META yang tercatat pada 31 Mei 2010 memiliki hak untuk membeli 164 saham baru. Sebagai pemanis aksi korporasinya ini, META akan memberikan waran seri I secara cuma-cuma sebanyak 1,7 miliar waran. Selanjutnya pemegang waran tersebut punya hak untuk membeli saham META di harga Rp 88 per saham. Konversi waran menjadi saham itu akan berlangsung pada 31 Januari 2011-19 Juli 2013.

Ada kemungkinan pembeli siaga jadi pemegang saham mayoritas baru.

Tapi, sebelum rights issue dilakukan, perusahaan milik grup Bosowa ini akan melakukan penggabungan saham atau reverse stock dengan perbandingan 2 : 1. Dani menjelaskan, reverse stock dilakukan karena jumlah saham META yang beredar di bursa cukup banyak. Selain itu, harga saham META sangat rendah, yaitu Rp 35 per saham. "Setelah penggabungan harga META jadi Rp 70 per saham," jelasnya.

Dani menambahkan, dalam aksi korporasi ini, META telah menunjuk Infrastructure Growth Fund LP sebagai pembeli siaga. Investor asal Singapura itu akan membeli maksimal 83,69% dari saham baru yang akan diterbitkan apabila pemegang saham lama tidak menggunakan haknya. Harganya pun sama, yaitu Ro 88 per saham.

Saat ini kepemilikian saham META dikuasai oleh Bosowa Trading Interational sebesar 56,47%, UBS AG Singapore 5,09%, dan masyarakat sebanyak 38,44%. Jika para pemilik saham tadi tidak menggunakan haknya dalam rights issue tersebut, porsi kepemilikan sahamnya akan terdilusi hingga 62,69%. "Ada kemungkinan pembeli siaga akan menjadi pemegang saham mayoritas yang baru," tambah Dani lagi.

Bosowa mundur

Bosowa sebagai pemegang saham terbesar META memang tidak akan menggunakan haknya. Erwin Aksa, CEO Bosowa Corporation, mengatakan, Bosowa Trading tidak akan membeli saham baru yang diterbitkan META. Ia beralasan, saat ini grup Bosowa sedang butuh dana besar untuk membiayai ekspansi usaha yang lain. Selain itu, Erwin menilai, pengembalian investasi di bisnis jalan tol butuh waktu lama. "Kami akan fokus pada proyek-proyek jangka pendek," katanya.

Erwin juga optimistis, penerbitan saham baru kali ini akan sukses. Apalagi sudah ada calon investor yang akan menjadi pembeli siaga. Sayangnya Erwin enggan mengungkapkan profil calon pemilik baru META tersebut. "Saya tidak bisa menjelaskan background investor baru itu, tapi mereka punya komitmen untuk membesarkan META," tegasnya, kemarin (10/6).

Bagi META, penerbitan saham baru tahun ini merupakan upaya yang kedua setelah tahun lalu gagal. Pada September 2009, META sudah menggandeng PT Leyand International Tbk (LAPD) untuk menjadi pembeli siaga pada rights issue tersebut. Tapi gara-gara pemegang saham LAPD tak merestui rencana itu, META pun gagal menggelar rights issue.

Menurut Muhammad Alfatih, Analis Samuel Securities, rights issue yang dilakukan META setelah melakukan reverse stock adalah hal biasa. Alfatih juga menilai harga saham baru Rp 88 per saham cukup wajar. "Bagi investor yang penting penggunaan dananya. Kalau untuk membeli jalan tol yang bagus, ya, positif," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can