Metro Cash & Carry akan membuka 20 gerai grosir 2012



JAKARTA. Investor asing terus membidik bisnis ritel Indonesia. Sebentar lagi, Metro Cash & Carry International GmbH, raksasa perdagangan asal Jerman akan meramaikan bisnis ritel Tanah Air dengan membuka 20 gerai pusat grosir. Gerai ini akan menciptakan lapangan kerja bagi 4.000 karyawan.

Frans Muller, Anggota Dewan Manajemen Metro Group mengatakan, pembukaan satu gerai akan menelan investasi senilai € 10 juta-€ 15 juta. Dus, dengan membuka 20 gerai, Metro Cash & Carry bisa menggelontorkan dana sampai € 300 juta. "Dalam membuka bisnis di Indonesia, kami akan menggandeng Sintesa Group," ujar Frans dalam siaran persnya pada KONTAN, akhir pekan silam. Sintesa tak lain ialah holding investasi lokal yang didirikan tahun 1919. Bunny Khurana, Direktur Pengelola Metro Cash & Carry untuk Indonesia mengatakan, semua gerai ini ditargetkan mulai beroperasi 2012 mendatang. Dengan begitu, Indonesia menjadi negara ke-31 tempat Metro Cash & Carry berekspansi. Saat ini, Metro tengah mencari merek lokal yang pas untuk gerainya. Maklum, dua merek Metro Group, yakni Metro dan Makro sama-sama sudah digunakan di pasar Indonesia. Ia memandang, Indonesia potensial bagi berkembangnya konsep grosir Metro Cash & Carry. Permintaan dari restoran, katering, dan peritel kecil merupakan target pelanggan inti Metro Cash & Carry. Bunny yakin, kehadiran Metro Cash & Carry akan menggerakan roda ekonomi lokal. Sebab, sebayak 90% produk yang dijajakan di gerai ini merupakan produksi lokal. "Selain itu, kami akan berinvestasi tinggi dalam pembinaan para pemasok seperti petani dan produsen setempat agar dapat menerapkan mutu berstandar internasional," lanjut Bunny. Bila produk yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar mutu internasional, Metro pun membuka peluang bagi produk tersebut untuk diekspor ke 34 negara jaringan Metro Group. Untuk melanggengkan rencana ini, Metro akan mendirikan pusat pelatihan bagi tenaga kerja setempat untuk belajar bisnis grosir modern. Di pusat pelatihan ini, Metro akan melatih 3.500 tenaga kerja selama tiga tahun pertama. Shinta Widjaja, Direktur Pengelola Sintesa menambahkan, masuknya Metro ke bisnis ritel di Tanah Air diyakini dapat merangsang dan mempercepat pertumbuhan sektor grosir dan pasar distribusi. Catatan saja, berbeda dengan peritel hipermarket lain, Metro Cash & Carry memfokuskan bisnisnya pada konsep business to business (B2B) self-service wholesale business. Dengan konsep ini, Metro Cash & Carry akan melayani para profesional di bidang perhotelan, restoran, katering, kedai kopi, serta pengusaha swalayan kecil. "Lewat konsep business-to-business yang unik, kami menawarkan dalam satu atap segala kebutuhan mereka dalam menjalankan usaha," ujar Shinta. Sebetulnya, ini bukan kali pertama Metro menancapkan bisnisnya di Asia. Selama 15 tahun terakhir, Metro Cash & Carry sudah membuka 80 gerai di China, India, Jepang, Vietnam, dan Pakistan. Tahun lalu, induk usaha Metro Cash & Carry, yakni Metro Group, berhasil membukukan penjualan sebesar € 67 miliar. Metro Group mempekerjakan 280.000 karyawan di 2.100 gerai yang tersebar di 33 negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Test Test