KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Metrodata Electronics Tbk (
MTDL) memproyeksikan penjualan atas Cloud Hypersclarer dari AWS, Google, dan Azure di 2022 mencapai US$ 10 juta. Sehingga perseroan menargetkan pertumbuhan 100% (YoY) dari penjualan sebelumnya US$ 5 juta. “Apabila tidak ada pertumbuhan pun, Perseroan sudah memprediksikan penjualan dapat melebihi US$ 10 juta. Perseroan juga melihat adanya
demand yang besar, terutama di semua
cloud provider hyperscaler seperti Microsoft, AWS dan Google,” kata Presiden Direktur MTDL Susanto Djaja dalam paparannyq (28/11). Sebagai perusahaan yang bergerak bidang informasi dan teknologi komunikasi (TIK) dengan segmen usahanya di distribusi digital yang menyediakan hardware dan software TIK kelas dunia, serta segmen usahanya pada layanan solusi dan konsultasi digital yang membantu perusahaan melakukan transformasi digital, kedepannya diprediksi akan sangat berkembang pesat.
Baca Juga: Metrodata Electronics (MTDL) Optimistis Penjualan Tumbuh 15% pada Tahun Ini Susanto mengatakan hal ini akan terjadi apabila ketiga
cloud provider terbesar di dunia tersebut menempatkan
data center nya di Indonesia, maka adopsi
cloud ini akan semakin besar, sehingga perihal data
residency terutama di perbankan,
oil company, dan
public sector sudah tidak ada lagi halangan, karena semuanya sudah ada di Indonesia. Pertumbuhan Cloud Hyper scaler dengan AWS dan Google saja mengingat keduanya sudah ada
data center-nya di Indonesia. Perseroan melihat pertumbuhannya akan besar. “Semua pemain hyperscaler rata-rata 70%
revenue mereka hidupnya dari digital
native company. Semua
provider tersebut fokus di
enterprise dan
corporation serta SMB (
Small Medium- sized Business). Oleh karenanya Perseroan sangat yakin Cloud Hyperscaler business akan tumbuh dengan rata-rata 100% per tahun. Perseroan berharap bisa mencapai angka lebih besar lagi dari target,” kata Susanto. Tahun lalu Perseroan sudah jauh mendominasi dalam industri distribusi IT. Kompetitor Perseroan yang paling dekat sebanyak 50% dari yang dimiliki Perseroan. Tahun ini Susanto memperkirakan pertumbuhan yang lumayan, dan harapannya pada akhir tahun dapat mencapai penjualan Rp 16 triliun pada bisnis distribusi. “Dalam keadaan sulit biasanya kompetitor akan memperlambat pertumbuhannya, sehingga ini menjadi kesempatan bagi Perseroan untuk bisa mengambil langkah untuk terus bertumbuh,” kata Susanto. Ke depannya MTDL akan terus berinovasi di masa yang akan datang, tidak hanya ingin bertumbuh di bisnis yang konvensional maupun bisnis yang sekarang lebih modern (
solution & consulting dan
distribution), termasuk memasuki ICT
e-commerce B2G, serta digital
marketing solution. Begitu juga dengan memperhatikan perkembangan
digital native, baik
startup,
unicorn maupun
decacorn. Pasalnya MTDL sudah melakukan investasi di dua perusahaan start up, yakni di
early start up yang nilainya US$ 500.000 dan investasi kedua di
e-groceries sebesar US$ 500.000 yang saat ini memiliki pertumbuhan
revenue yang cukup Melalui
venture capitalist, MTDL bisa berinvestasi di 5-20 perusahaan start up, Susanto mengatakan hal ini lebih cepat dibandingkan me-
manage perusahaan sendiri. Untuk kondisi investasi yang dilakukan ke
early startup dirinya memperkirakan valuasinya sudah lebih baik. MTDL saat ini menjajaki dua perusahaan. Di mana
revenue dari dua target perusahaan ini masih lebih kecil dibandingkan
revenue Solution & Consulting Metrodata. “Untuk target perusahaan yang pertama, ada beberapa
terms & condition yang tidak bisa disetujui oleh Perusahaan, di mana salah satunya adalah mengenai porsi kepemilikan saham. Perusahaan ingin berinvestasi 51%, sedangkan target
company ingin melepas 70%, sehingga tidak terjadi kesepakatan (
deal off),” Kata Susanto. Susanto bilang untuk perusahaan yang kedua, pihaknya memiliki kekhawatiran terhadap kondisi
competitive landscape, sehingga sangat menjaga privasi atas data-datanya. Sehingga untuk saat ini, rencana akuisisi statusnya masih
hold akibat belum terjadi
terms yang dapat disetujui bersama. Mengenai rencana bisnis data center, perseroan saat ini sedang dalam tahap explore yang menyangkut beberapa hal yaitu
technical, commercial, dan legal. Dalam perkembangan
explore, Perseroan merencanakan untuk berpartner dengan partner asing untuk sama- sama memasuki bisnis
data center. Apabila rencana ini sudah matang dan semua pihak setuju, maka memungkinkan bagi Perseroan untuk mengumumkannya di masa mendatang.
“Perseroan saat ini memiliki
customer segment yang luar biasa besar dari
consumer, commercial, dan
telco. Di bisnis solusi juga ada
enterprise, corporate, dan lainnya. Dengan adanya kondisi oversupply ini, kita mix di dalam
customer segment dan harapannya dapat menyeimbangkan kondisi yang ada. Hal ini karena Perseroan memiliki diversifikasi produk yang sedemikian banyak,” kata Susanto. Lebih lanjut pihaknya berharap dapat mempertahankan level Kinerja positif hingga akhir tahun 2022. Susanto masih optimistis jika Perseroan tetap bisa mempertahankan gross margin yang tidak lebih kecil dibandingkan dengan pre pandemi yang lalu.
Pasalnya selama sembilan bulan pertama 2022, MTDL membukukan pendapatan sebesar Rp 15,2 triliun atau naik lebih 26% (YoY) dari Rp 12,1 triliun. Kenaikan ini ditopang dari kontribusi pendapatan segmen distribusi sebesar 77% dan kontribusi segmen solusi dan konsultasi sebesar 23% Sementara laba bersih naik 6% menjadi Rp 371 miliar dari sebelumnya Rp 351 milliar. Komposisi ini berasal dari segmen distribusi sebesar 46% dan segmen solusi dan konsultasi sebesar 54%. Pendapatan bertumbuh sebesar 26% YoY, dan laba bersih bertumbuh sebesar 18% YoY di sembilan bulan pertama 2022.
Maintaining the recurring income berkontribusi sebesar 36% ke total pendapatan, ditambah dengan
Cloud business yang bertumbuh sebesar 63% YoY, serta didukung oleh 1.000 konsultan dan 600
developers. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .