KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Metropolitan Land Tbk (
MTLA) atau Metland mengantongi pendapatan pra-penjualan alias
marketing sales senilai Rp 1,36 triliun hingga bulan September 2022. Realisasi ini tumbuh sekitar 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Direktur Metropolitan Land Olivia Surodjo membeberkan, nilai
marketing sales per kuartal III-2022 itu terdiri dari
pre-sales proyek residensial dan
recurring revenue dari segmen komersial mall dan hotel. Segmen residensial memberikan kontribusi sebesar 70%, sedangkan komersial menyumbang 30% terhadap
marketing sales MTLA hingga kuartal III-2022. "Kontribusi besar didapatkan dari penjualan proyek Metland Menteng & Wisteria, Metland Puri & The Riviera at Puri serta Metland Cileungsi," terang Olivia kepada Kontan.co.id, Selasa (25/10).
Penjualan residensial terdorong oleh program promosi yang dilakukan Metland seperti kemudahan cara bayar yang dimanfaatkan oleh calon konsumen. Kemudian, pertumbuhan kinerja MTLA juga ditopang oleh segmen komersial yang mengalami pemulihan seiring terkendalinya pandemi covid-19.
Baca Juga: Beberapa Saham LQ45 Capai All Time High, Ada Potensi Saham Bagger? Sedangkan jika dibandingkan dengan target yang dicanangkan tahun ini, Olivia menyebut realisasi
marketing sales hingga kuartal III masih
on track dari target. Capaian dalam periode sembilan bulan itu setara 75,55% dari target
marketing sales Rp 1,8 triliun. Agar bisa mencapai target tersebut, MTLA menjalankan sejumlah strategi. Antara lain mengembangkan produk-produk bangunan yang lebih
compact supaya lebih bisa diserap pasar. Seperti yang dibangun pada Cluster Lisse Metland Cibitung dengan luasan mulai LB 30/LT 60 m2 dan tipe The Emerald di Metland Tambun dengan luasan mulai LB 35/LT 72 m2. Metland juga mengusung konsep
mezzanine yang nantinya bisa dijadikan ruangan-ruangan tambahan seperti di Metland Transyogi. Olivia pun optimistis target
marketing sales hingga tutup tahun bisa tercapai. "MTLA melihat sampai dengan akhir tahun masih cukup oke walaupun ada banyak
challenges yang dihadapi," imbuhnya. Dari sisi belanja modal alias
capital expenditure (capex), MTLA sudah merealisasikan dana sebesar Rp 306 miliar hingga September 2022. Jumlah itu setara dengan 47,07% dari anggaran Rp 650 miliar yang disiapkan MTLA pada tahun ini. "Penggunaan capex sebagian besar adalah untuk pembangunan instruktur proyek berjalan, akuisisi lahan dan pembelian aset," tandas Olivia.
Baca Juga: Usai Teken Kontrak Dagang, Begini Prospek MRAT Menurut Analis Rekomendasi Saham
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei melihat MTLA cukup prospektif menangkap peluang dari permintaan hunian dan kawasan di pinggiran Jakarta seperti Bekasi dan Tangerang. Sedangkan untuk pergerakan sahamnya, Jono menilai MTLA masih cenderung
downtrend. "Tetapi sudah mulai berbalik arah," kata Jono kepada Kontan.co.id, Selasa (25/10). Pada perdagangan hari ini, harga saham MTLA tidak bergerak dari posisi Rp 338. Saran Jono, pelaku pasar bisa mempertimbangkan untuk
speculative buy mencermati
support Rp 326 - Rp 320 dan
resistance pada Rp 358 - Rp 360.
Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memperkirakan saham MTLA berpotensi konsolidasi jika bertahan di atas level
support Rp 320. Pelaku pasar dinilai perlu mempertimbangkan faktor likuiditas transaksi di pasar.
Ivan pun turut merekomendasikan
speculative buy saham MTLA dengan memperhatikan
support Rp 320 dan
resistance pada area Rp 350.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi