Kecenderungan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akhir-akhir ini sebaiknya mendapatkan perhatian yang proporsional, baik dari otoritas moneter, pemerintah maupun pelaku ekonomi. Lantaran rupiah kini sudah bertengger di kisaran Rp 13.500-an. Sejak 20 September 2017, rupiah telah terdepresiasi 2,2% terhadap dollar AS. Secara umum, melemahnya rupiah akan merugikan perekonomian nasional. Bank Dunia juga sudah memberi peringatan, penguatan dollar AS berpotensi meningkatkan risiko di beberapa negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Utang Indonesia malah terbesar di ASEAN mencapai US$ 268,81 miliar. Untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar maka beberapa pakar, terutama bidang keuangan internasional melakukan rekayasa keuangan, salah satunya menciptakan instrumen lindung nilai mata uang (hedging). Secara prinsip hedging hampir sama dengan asuransi, yakni asuransi mata uang. Dua pihak yang bertransaksi mempunyai hak dan kewajiban masing-masing layaknya perusahaan jasa asuransi yang menyediakan jaminan dan pembeli polis yang harus membayar sejumlah premi untuk melindungi dirinya. Harus disadari bahwa fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain, terutama dollar AS belum berakhir. Dalam beberapa bulan ke depan masih ada potensi risiko fluktuasi yang lebih tajam. Perekonomian AS saat ini sedang mengalami tren pemulihan yang meyakinkan, di tengah kekuatan ekonomi lain yang kinerjanya masih melemah.
Mewaspadai gejala depresiasi rupiah
Kecenderungan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akhir-akhir ini sebaiknya mendapatkan perhatian yang proporsional, baik dari otoritas moneter, pemerintah maupun pelaku ekonomi. Lantaran rupiah kini sudah bertengger di kisaran Rp 13.500-an. Sejak 20 September 2017, rupiah telah terdepresiasi 2,2% terhadap dollar AS. Secara umum, melemahnya rupiah akan merugikan perekonomian nasional. Bank Dunia juga sudah memberi peringatan, penguatan dollar AS berpotensi meningkatkan risiko di beberapa negara Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina. Utang Indonesia malah terbesar di ASEAN mencapai US$ 268,81 miliar. Untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar maka beberapa pakar, terutama bidang keuangan internasional melakukan rekayasa keuangan, salah satunya menciptakan instrumen lindung nilai mata uang (hedging). Secara prinsip hedging hampir sama dengan asuransi, yakni asuransi mata uang. Dua pihak yang bertransaksi mempunyai hak dan kewajiban masing-masing layaknya perusahaan jasa asuransi yang menyediakan jaminan dan pembeli polis yang harus membayar sejumlah premi untuk melindungi dirinya. Harus disadari bahwa fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang negara lain, terutama dollar AS belum berakhir. Dalam beberapa bulan ke depan masih ada potensi risiko fluktuasi yang lebih tajam. Perekonomian AS saat ini sedang mengalami tren pemulihan yang meyakinkan, di tengah kekuatan ekonomi lain yang kinerjanya masih melemah.