KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 10 Kabupaten berhasil lulus dalam Integrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) for Regency. Salah satunya adalah Kabupaten Bantul dengan mengusung program Bantul Seroja (Bantul Sehat Ekonomi Meningkat Karo Jamu). I-SIM for Regency merupakan inisiatif berskema rating & awarding untuk meningkatkan integrasi dan kolaborasi ekosistem Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan di tingkat kabupaten. Program ini diluncurkan PT Surveyor Indonesia sejak Juli 2023 lalu. Terdapat 103 Kabupaten di Indonesia yang mengikuti seleksi program ini dan saat ini terdapat 10 yang dinyatakan lulus untuk tahap penjurian akhir.
"I-SIM for Regency akan menjadi wadah pengungkapan data dan aksi untuk mengukur capaian SDGs masing-masing Kabupaten di Indonesia," kata Direktur Utama PT Surveyor Indonesia Haris Witjaksono, belum lama ini. Untuk penjurian 10 peserta yang lulus, PT Surveyor Indonesia bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasion (Bappenas), Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) dan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD).
Baca Juga: Mengobati Batuk sampai Kencing Batu , Ini Manfaat Kencur Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Agus Budiraharja menjelaskan, program Bantul Seroja diusung karena melihat besarnya manfaat dan potensi ekonomi dari pengembangan jamu. Seperti diketahui, kegemaran masyarakat mengonsumsi jamu merupakan suatu kebudayaan di Indonesia. Jamu bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan bahkan bsia jadi obat. Indonesia punya banyak tanaman yang berpotensi diolah sebagai bahan baku pembuatan jamu. Saat terjadinya Pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan rekomendasi agar masyarakat mau menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi jamu, di antaranya empon-empon. Empon-empon merupakan tanaman rimpang atau tanaman yang memiliki akar tinggal. Tanaman yang masuk kategori ini adalah jahe, kunyit, kencur, lengkuas, lempuyang, temulawak, temu ireng, temu kunci, temu giring, temu mangga dan lain-lain. "Karena potensinya ada, pasarnya ada, produsennya ada, bahan bakunya juga ada dan manfaat jamu juga ada, yaitu untuk kesehatan," kata Agus dalam keterangannya resminya, Kamis (2/11). Dalam pengembangan program itu, Kabupaten Bantul bekerjasama dengan BUMN maupun pihak swasta memberikan pendampingan kepada para produsen jamu dengan tujuan agar bisa meningkatkan nilai ekonomi pengembangan jamu tersebut. "Hasil program ini, setiap tahun semakin bagus penjualannya. Di tahun 2020, produk jamu atau ramuan kesehatan yang terjual baru sebanyak 412.499 botol, meningkat di 2021 menjadi 535.392 botol dan tahun 2022 naik menjadi 554.042 botol," bebernya.
Selain itu, jumlah pengusaha jamu ikut naik di mana tahun 2020 hanya 244 orang menjadi 444 orang di 2021 dan terus naik menjadi 450 orang di 2022. Hal ini, turut meningkatkan pendapatan pengusaha jamu Bantul Seroja, yakni dari Rp 1,5 miliar di 2020 menjadi Rp 3,2 miliar di 2021 dan kembali naik di 2022 menjadi Rp 3,35 miliar. Ia memastikan, pengembangan produk-produk jamu ini juga diikuti regulasi pendukung di antaranya Perbup (Peraturan Bupati) Bantul No. 126/2020 tentang Penggunaan Produk Lokal Daerah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk