JAKARTA. Sentimen positif mulai mewarnai pasar modal domestik menjelang pengesahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) 2015. Pelaku pasar optimistis, bursa bakal bullish. Tak heran, sejumlah manajer investasi (MI) telah memasang strategi portofolio agresif di pasar saham. Seperti diketahui, dalam rancangan APBN-P 2015, pemerintah membuat gebrakan baru, seperti pencabutan subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, dan penyertaan modal negara (PMN) bagi sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Itu dilakukan untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Rencananya, APBN-P 2015 disahkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Februari nanti. Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management Edward Lubis menilai, investor pasar modal bakal bereaksi positif sebab ada realokasi dana dari sektor konsumtif (subsidi BBM) ke sektor produktif. “Ada harapan, pemerintah bisa mengerjakan pekerjaan rumah secara cepat,” ujarnya, akhir pekan lalu (16/1).
Lanjut Edward, harapan tersebut mendorong ekspektasi, kinerja pasar saham akan bullish seiring prospek positif kinerja emiten, terutama yang terkait dengan program pemerintah. Nah, untuk memanfaatkan momentum tersebut, Bahana TCW memasang strategi agresif, memperbesar porsi efek saham pada reksadana kelolaannya. Edward menjelaskan, porsi efek saham pada masing-masing reksadana saham sudah di atas 92% dari dana kelolaan. Sementara, pada reksadana campuran, porsi saham sudah mencapai 70%. “Itu patokan kami saat sedang agresif. Sebelumnya netral, pada reksadana saham masih di bawah 90% dan campuran cuma 50%,” ungkapnya. Setali tiga uang, baru-baru ini BNI Asset Management (BNI-AM) juga menerapkan strategi serupa. Senior Fund Manager BNI-AM Hanif Mantiq menyatakan, pihaknya menempatkan porsi efek saham hingga 95% pada reksadana saham dan 70% pada reksadana campuran. “Biasanya hanya 90% dan 50%,” ungkap Hanif. Investment grade Kata Hanif, BNI-AM ingin memaksimalkan momentum pengesahan APBN-P 2015 nanti. Apalagi, hal itu dinilai bukan sekadar momentum sesaat, melainkan berdampak pada jangka panjang, yakni peningkatan peringkat utang Indonesia menjadi level investment grade. “Standard & Poor’s (S&P) dulu bilang, Indonesia belum layak investment grade karena boros di subsidi BBM dan anggaran infrastruktur yang tidak jelas. Sekarang dua-duanya sudah dijawab di APBN-P 2015 ini,” jelas Hanif. Prediksi Hanif, jika proses politik pengesahan APBN-P 2015 tidak berbelit, S&P bisa dengan cepat merevisi peringkat utang Indonesia menjadi BBB pada semester I-2015. MI lain yang juga telah memasang strategi agresif adalah PT Panin Asset Management. Direktur Panin AM Ridwan Soetedja mengaku, saat ini, portofolio efek saham di reksadana saham PAM mencapai 90%. Padahal, sebelumnya sekitar 82% hingga 85%. Adapun, porsi efek saham pada reksadana campuran meningkat dari semula 65% menjadi 70% (Panin Dana Bersama Plus).