MI asing sambut positif kenaikan rating S&P



JAKARTA. Manajer investasi (MI) asing sambut positif kenaikan rating surat utang dalam negeri ke level investment grade yang disematkan oleh lembaga pemeringkat utang Internasional Standard & Poor's Jumat akhir pekan lalu. Dua manajer investasi seperti Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) dan Aberdeen Asset Management meyakini dengan kenaikan rating ke layak investasi tersebut membawa angin segar bagi pasar saham maupun obligasi dalam negeri. Alvin Pattisahusiwa, Direktur Investasi MAMI mengatakan bahwa dengan diupgradenya rating tersebut akan cukup berdampak positif baik dari pasar saham maupun obligasi. "Sejak awal tahun saja aliran dana asing deras masuk ke pasar obligasi dalam negeri," kata dia kepada KONTAN, Jumat (19/5). Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan hingga 18 Mei 2017 menunjukkan, kepemilikan asing di SBN sudah mencapai Rp 742,65 triliun. Artinya, dana asing sudah mengalami kenaikan 11,54% dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 665,81 triliun. Ditambah, yield obligasi pemerintah Indonesia masih cukup menarik sehingga hal ini juga yang menjadi daya tarik utama investor asing untuk memarkirkan dananya di surat utang dalam negeri. Merujuk situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) per 19 Mei 2017, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun bertengger di angka 7,21%. "Kenaikan rating tersebut otomatis akan menambah dana asing yang masuk ke pasar dalam negeri," jelasnya. Investment Director Aberdeen Asset Management Bharat Joshi mengungkapkan, alasan Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup menarik di mata investor lantaran kondisi makro Indonesia yang cukup kokoh. Lalu yield obligasi pemerintah pun kian mengalami penurunan. "Tentu hal tersebut akan menjadi pemicu investor asing tertarik melihat Indonesia," katanya kepada KONTAN, akhir pekan lalu. Bharat menyetujui kenaikan rating tersebut akan menjadi katalis positif bagi iklim investasi dalam negeri. Sebab, hal tersebut akan mengurangi dana Indonesia yang relatif mahal ketimbang negara lainnya di kawasan regional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan