KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan tiga jenis indeks baru pada Kamis (18/5) lalu. Kehadiran indeks baru tersebut diyakini menjadi angin segar bagi industri reksadana. Sebagai informasi, tiga indeks baru yang dimaksud adalah IDX High Dividend 20, IDX BUMN20, dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70). IDX High Dividend 20 merupakan indeks yang anggotanya terdiri dari 20 saham emiten yang tercatat secara rutin membagi dividen tunai selama tiga tahun terakhir.
IDX BUMN20 adalah indeks yang berisi saham emiten BUMN, BUMD, dan afiliasinya. Adapun JII70 berisi saham syariah dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas transaksi tinggi. Anggota indeks ini dipilih dari saham yang masuk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Fund Manager Insight Investment Camar Remoa mengatakan, kehadiran ketiga indeks baru tersebut membawa dampak positif bagi manajer investasi. Sebab, manajer investasi kini memiliki pilihan indeks yang lebih beragam untuk dijadikan pertimbangan dalam pembuatan produk reksadana baru, terutama reksadana indeks. Lebih lanjut, Insight Investment Management tidak menutup kemungkinan akan membuat produk reksadana indeks yang mengacu pada salah satu indeks baru tersebut suatu saat nanti. Dilihat dari performa dan likuiditas emitennya, IDX High Dividend 20 paling menarik bagi kami untuk dijadikan preferensi pembuatan produk baru, kata dia, Jumat (18/5). Memudahkan MI Menurut Camar, pada dasarnya manajer investasi sangat selektif dalam memilih indeks acuan untuk digunakan pada produk reksadananya. Dalam hal ini, faktor kinerja emiten-emiten penghuni indeks dan likuiditas saham sangat berpengaruh bagi manajer investasi ketika menentukan indeks acuan bagi reksadana kelolaannya. Sementara itu, Direktur Pinnacle Investment Indra M. Firmansyah menuturkan, penentuan saham atau indeks acuan sebelum menerbitkan produk reksadana baru juga bergantung pada faktor target pasar yang ingin disasar oleh manajer investasi. Terlepas dari itu, Indra sepakat bahwa kehadiran tiga indeks baru tersebut dapat memberikan variasi pilihan bagi manajer investasi untuk menerbitkan produk reksadana baru. Apalagi, saat ini produk reksadana berbasis saham-saham dengan tema tertentu masih jarang di Indonesia. Dia mencontohkan, sebelum ada indeks IDX High Dividend 20, manajer investasi harus melakukan analisis terhadap puluhan hingga ratusan saham yang membagikan dividen secara rutin sebelum melakukan pemilihan atau pembobotan. Pembuatan analisis tersebut tidak hanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi juga sumber daya manusia yang banyak. Belum lagi ada risiko kesalahan ketika analisis pemilihan saham berlangsung, sehingga berimbas pada performa produk reksadana. Kehadiran indeks baru membuat proses analisis saham jauh lebih sederhana, mudah, dan efektif dari segi biaya, papar Indra.
Head of Research & Consulting Services Infovesta Utama Edbert Suryajaya menambahkan, sejatinya keberadaan indeks baru yang diluncurkan BEI tidak hanya menjadi referensi dalam pembuatan reksadana indeks atau
exchange traded fund (ETF), melainkan juga reksadana saham tematik.
Sebab, baik IDX High Dividend 20, IDX BUMN20 dan JII70 pada dasarnya merupakan indeks yang cukup spesifik dari sisi jenis emiten penghuninya. Hal tersebut memungkinkan manajer investasi membuat reksadana saham dengan tema tertentu. Selain itu, investor reksadana pemula akan mendapat kemudahan apabila manajer investasi memiliki produk reksadana berbasis indeks baru tersebut. Hal ini mengingat jumlah saham yang tersedia di pasar modal sangat banyak, sedangkan pengetahuan investor pemula terkait seluk-beluk saham terbatas. Kalau misalnya ada reksadana indeks yang mengacu pada IDX BUMN20, investor bisa sekalian mempelajari karakteristik dan kinerja saham-saham yang ada di dalamnya, imbuh Edbert. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati