MI besar tolak label too big to fail



New York.  Beberapa perusahaan manajer investasi Amerika menolak klaim kemungkinan beberapa perusahaan mungkin terlalu besar untuk gagal. Mereka merasa keberatan untuk lebih banyak diatur dari industrinya, karena tambahan kebijakan dari otoritas dikhawatirkan bisa membuat mereka tak lagi kompetitif dan akhirnya menguras uang para investornya.

“Biaya baru dan aturan baru yang diterapkan secara selektif akan mendistorsi kompetisi industri ini,” tutur Paul Schott Stevens President of The Investment Company Institute dalam SMS untuk pidato yang akan diadakan di Orlando hari ini.

Anggota dari ICI (Group industri penjual reksadana) adalah Blackrock Inc, Pacific Investment Management Co, dan Fidelity Investments. Mereka sudah melakukan lobi kepada otoritas dan pembuat hukum untuk tidak memberikan label, baik oleh Amerika Serikat maupun lembaga internasional sebagai lembaga keuangan yang penting. Penunjukan ini akan membawa pengaturan modal, utang, dan likuiditas yang  lebih ketat, seperti yang dihadapi oleh bank-bank.


Financial Stability Oversight Council Amerika yang termasuk di dalamnya Federal Reserve dan Securities Exchange Commission, tengah mempelajari apakah BlackRock yang berbasis di New York dan Boston’s Fidelity harus mendapatkan label tersebut.

Januari lalu, The Financial Stability Board yang terdiri dari regulator dan bank sentral 20 negara mengatakan manajer investasi yang mempunyai aset kelolaan reksadana  di atas US$ 100 miliar sebaiknya diberi label to big to fail, tanpa menambahkan kesimpulan aksi apa yang harus diambil.

Ada 11 reksadana dan ETF yang terdaftar di Amerika mempunyai aset kelolaan di atas US$ 100 miliar. Reksadana yang paling besar adalah Vanguard Total Stock Market Index Fund dengan aset kelolaan US$ 277 miliar.

Menurut Stevens, penunjukan ini tidak perlu dilakukan untuk reksadana yang dijual secara ritel karena dari awal mereka jarang menggunakan uang utang dan sudah diatur secara ketat. Perusahaan manajer investasi juga tidak menyimpan portofolionya dalam risiko dan tidak mengambil modal untuk menyerap kerugian investasinya. “Tak seperti bank dan asuransi, aset manajemen adalah agen, bukan prinsipal,” tambah Stevens.

Ilustrasi : ShutterStock

Editor: Djumyati P.