MI gencar terbitkan reksadana baru



JAKARTA. Manager investasi semakin gencar menerbitkan produk reksadana anyar di Februari ini. Mengacu data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 16 Februari, sudah ada 23 reksadana baru yang mendapat izin efektif dari OJK di bulan ini.

Jenis yang paling banyak diluncurkan adalah reksadana terproteksi. Paling tidak ada 13 reksadana terproteksi baru yang terbit.

Salah satu perusahaan manajemen investasi yang membanjiri pasar dengan reksadana terproteksi adalah PT Bahana TCW Investment Management. Perusahaan ini menerbitkan empat produk.


Direktur Bahana TCW Soni Wibowo mengungkapkan, keempat reksadana tersebut bakal meluncur sekitar akhir Maret 2017 hingga awal April 2017. "Memang ada permintaan dari investor. Banyak reksadana terproteksi yang akan jatuh tempo," tukasnya. Nantinya, produk anyar tersebut bakal menyasar investor ritel.

Soni memprediksi, reksadana terproteksi anyar ini dapat menawarkan return bersih 7,5% per tahun. Untuk tahap awal, seluruh dana akan diparkir pada obligasi korporasi bertenor maksimal lima tahun. Sektor yang disasar cukup bervariatif, mulai konsumer, perbankan, hingga konstruksi. "Sektor ini dipilih karena memiliki pendapatan yang stabil. Obligasi korporasi rating minimal idA-," imbuh dia.

Direktur Utama Infovesta Utama Parto Kawito memprediksi, penerbitan reksadana terproteksi masih akan mendominasi pasar tahun ini. Sebab, baik pemerintah maupun korporasi gencar mengais dana dari surat utang.

Karena ketidakpastian

Selain itu, reksadana terproteksi dipandang menarik bagi investor di tengah pasar yang masih dipenuhi ketidakpastian. Sebab, reksadana ini menawarkan fitur proteksi pada modal awal, sehingga investor merasa lebih aman.

"Sebenarnya, pasar pendapatan tetap lebih menarik karena faktor global agak membingungkan, terutama karena Trump effect," imbuh Parto. Di tengah potensi koreksi pasar, tekanan yang dialami pasar obligasi biasanya lebih mini ketimbang pasar saham.

Reksadana saham diprediksi juga masih banyak peminat. Potensi return-nya juga lebih tinggi. setiap manajer investasi juga memiliki strategi portofolio yang berbeda. "Selalu berkembang variasinya. Isinya bisa khusus saham badan usaha milik negara (BUMN), bisa non BUMN, syariah, non syariah, offshore. Macam-macam," papar Parto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie