MI genjot penerbitan reksadana



JAKARTA. Volatilitas pasar saham dan obligasi yang masih tinggi seperti sekarang, tidak menyurutkan niat para manajer investasi (MI) untuk menerbitkan reksadana anyar di akhir tahun ini. Hanya saja, MI tidak terlalu berharap banyak bahwa dana kelolaan mereka akan tumbuh signifikan di tahun ini, melihat kinerja reksadana di tahun ini yang melempem.

PT Kresna Asset Management, misalnya, baru-baru ini telah meluncurkan produk reksadana Index 30. Direktur PT Kresna Asset Management, Yobel Hadikrisno mengatakan, reksadana ini terdiri dari 30 saham bluechips. "Return mengikuti Indeks 30. Plus minus antara 0%-2%," ujar Yobel.

Sementara, PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen berencana meluncurkan tiga produk baru, yaitu satu reksadana pendapatan tetap, dan dua reksadana terproteksi. Presiden Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi mengatakan, aset dasar reksadana pendapatan tetap milik Batavia itu sekitar 70% ditempatkan pada obligasi pemerintah, sisanya pada obligasi korporasi.


Adapun, reksadana terproteksi Batavia akan berisi obligasi korporasi dari Adira Finance dengan tenor tiga tahun. Size reksadana ini sebesar Rp 300 miliar. Adapun ekspektasi return produk ini berkisar antara 7,5%-8,5% per tahun.

Produk reksadana terproteksi Batavia lain, mengalokasikan seluruh aset dasar pada beberapa obligasi pemerintah dengan tenor di atas 20 tahun. Target dana produk ini sebesar Rp 100 miliar dengan ekspektasi return 6% per tahun.

Batavia juga akan merilis reksadana campuran dan terproteksi di Desember. Tapi, jika kondisi pasar finansial masih kurang kondusif, peluncuran produk tersebut bisa ditunda hingga Januari 2014. Untuk reksadana campuran, Batavia berharap dapat meraup dana kelolaan tambahan sebesar Rp 100 miliar pada tahap awal. Sementara, dari produk reksadana terproteksi, Batavia berharap dapat tambahan dana kelolaan sebesar Rp 150 miliar.

Per akhir Oktober 2013, total dana kelolaan Batavia mencapai Rp 12,6 triliun. Dana kelolaan ini targetnya bertambah menjadi Rp 14 tahun di akhir tahun ini.

Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management, Edward P Lubis mengatakan, kondisi pasar saat ini tidak memungkinkan MI untuk menggenjot dana kelolaan yang tinggi. Bahana menargetkan bisa meraup dana kelolaan sebesar Rp 22 triliun hingga akhir tahun ini, dengan asumsi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di level 4.800. Saat ini, posisi Bahana sekitar Rp 20 triliun.  "Pertumbuhan dana kelolaan dapat ditopang dari reksadana saham dan campuran,” tutur Edward, Senin (18/11).    

Jika kondisi memungkinkan, lanjut Edward, Bahana akan menetaskan reksadana terproteksi berdenominasi rupiah dan dollar AS. Menurut dia, pamor reksadana sedang terkalahkan oleh deposito. Saat ini, bunga deposito ada yang mencapai 9% per tahun. “Agak berat karena bunga deposito lebih tinggi. Obligasi korporasi ada juga yang menawarkan kupon tinggi,” ujar Edward.    

Direktur PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), Wendy Isnandar juga menilai, kondisi pasar saat ini agak sulit mengaharapkan pertumbuhan dana kelolaan naik tinggi. Mengutip fund fact sheet MMI per 31 Oktober 2013, total under asset management (AUM) MMI sebesar Rp 19,97 triliun.

Adapun, berdasarkan catatan KONTAN, dana kelolaan Mandiri per Desember 2012 sebesar Rp 19,82 triliun. Ini berarti, dana kelolaan saat ini hanya tumbuh sekitar Rp 150 miliar dibanding Desember 2012.     

Meski demikian, MMI tetap meluncurkan produk reksadana saham terbaru bertajuk Mandiri Investa Equity Dynamo Factor. Apabila kondisi membaik, MMI juga berniat menerbitkan reksadana terproteksi.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini