JAKARTA. Niat PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk memasarkan jasa rating reksadana nampaknya bakal sulit. Selain tidak ada aturan otoritas jasa keuangan (OJK) yang mewajibkan peringkat reksadana, manajer investasi (MI) juga enggan melakukan pemeringkatan.Ronald T Kasim, Direktur Utama Pefindo mengatakan, Pefindo pernah memeringkat reksadana pada tahun 2010. Namun, upaya ini kurang populer. Tahun ini, Pefindo berencana memeringkat lagi atas reksadana, terutama pada 10 produk yang pernah diberi peringkat. "Namun kami menargetkan bisa memeringkat 20 produk reksadana di tahun ini," kata Ronald. Untuk mendapatkan peringkat, Pefindo membebani MI dengan biaya pemeringkatan Rp 25 juta per tahun untuk setiap produk yang diberi peringkat. Peringkat reksadana, menurutnya, bermanfaat agar investor mengetahui produk reksadana yang akan dibelinya secara transparan. Peringkat reksadana juga lazim dilakukan di negara lain seperti Malaysia dan Amerika Serikat. Pemeringkatan reksadana bahkan dilakukan secara rutin tiap bulan. Di Indonesia, pemeringkatan reksadana ini sepi peminat.Pefindo sendiri terakhir kali melakukan pemeringkatan reksadana pada 2011 lalu.MI juga enggan melakukan pemeringkatan produk reksadananya. Direktur Emco Asset Management, Hans Kwee khawatir, pemeringkatan reksadana tersebut akan menambah beban perusahaan lantaran ada biaya tambahan. Sedangkan, MI pasti akan membebankan biaya tersebut kepada investor. Ujung-ujungnya, return yang investor peroleh akan tergerus.
MI kurang minati pemeringkatan Reksadana
JAKARTA. Niat PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk memasarkan jasa rating reksadana nampaknya bakal sulit. Selain tidak ada aturan otoritas jasa keuangan (OJK) yang mewajibkan peringkat reksadana, manajer investasi (MI) juga enggan melakukan pemeringkatan.Ronald T Kasim, Direktur Utama Pefindo mengatakan, Pefindo pernah memeringkat reksadana pada tahun 2010. Namun, upaya ini kurang populer. Tahun ini, Pefindo berencana memeringkat lagi atas reksadana, terutama pada 10 produk yang pernah diberi peringkat. "Namun kami menargetkan bisa memeringkat 20 produk reksadana di tahun ini," kata Ronald. Untuk mendapatkan peringkat, Pefindo membebani MI dengan biaya pemeringkatan Rp 25 juta per tahun untuk setiap produk yang diberi peringkat. Peringkat reksadana, menurutnya, bermanfaat agar investor mengetahui produk reksadana yang akan dibelinya secara transparan. Peringkat reksadana juga lazim dilakukan di negara lain seperti Malaysia dan Amerika Serikat. Pemeringkatan reksadana bahkan dilakukan secara rutin tiap bulan. Di Indonesia, pemeringkatan reksadana ini sepi peminat.Pefindo sendiri terakhir kali melakukan pemeringkatan reksadana pada 2011 lalu.MI juga enggan melakukan pemeringkatan produk reksadananya. Direktur Emco Asset Management, Hans Kwee khawatir, pemeringkatan reksadana tersebut akan menambah beban perusahaan lantaran ada biaya tambahan. Sedangkan, MI pasti akan membebankan biaya tersebut kepada investor. Ujung-ujungnya, return yang investor peroleh akan tergerus.