MI lebih selektif memilih saham sebagai aset dasar



JAKARTA. Hingga awal Desember, reksadana saham tercatat memberikan return paling moncer dibandingkan reksadana lainnya. Menilik data PT Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham dalam setahun hingga 4 Desember atau year to date (ytd) mencapai 9,29%. Hasil ini mengalahkan rata-rata return reksadana campuran yang hanya sekitar 6,83% dan rata-rata return reksadana pendapatan tetap di 7,33%.

Terdapat sejumlah produk reksadana saham yang mencatatkan imbal hasil di atas kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 11,71%. Produk kelolaan PT Samuel Aset Manajemen (SAM), yakni SAM Indonesia Equity Fund berada di posisi pertama dengan return mencapai 40,19% ytd. Reksadana ini mengalahkan reksadana MNC Dana Ekuitas yang berada di peringkat kedua dengan return 31,66%.

Presiden Direktur PT Samuel Aset Manajemen, Agus Yanuar, mengatakan, dalam memutar portfolio investasi, SAM melakukan pendekatan top down. SAM mengalisis dari berbagai aspek mulai makro, sektoral dan fundamental dalam memilih saham sebagai aset dasar (underlying asset). "Kami memilih saham di sektor konstruksi, konsumer, properti, perbankan dan telekomunikasi," kata Agus.


Variasi produk bertambah

Pemilihan saham-saham sektor konsumsi juga membawa keuntungan bagi PT Danareksa Investment Management (DIM). Produk Danareksa Mawar Konsumer 10 yang dikelola DIM menduduki posisi keempat dengan return 22,95% year to date.

Direktur Danareksa Investment Management, Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan, 100% alokasi dana reksadana ini ditempatkan pada saham-saham sektor consumer goods yang memiliki kinerja baik sepanjang tahun ini.

Sementara itu, produk kelolaan PT Nikko Securities Indonesia yakni Nikko BUMN Plus menjadi jawara di kelompok reksadana campuran dengan return 28,98%. Direktur Nikko Securities, Ratih Dewi, mengatakan, Nikko memiliki strategi dengan mengalokasikan 75% portfolio di saham-saham perusahaan BUMN. Sisa portofolio disebar pada obligasi dan pasar uang.

Di posisi ketiga, TRIM Kombinasi 2 milik PT Trimegah Asset Management memberikan return 26,75% ytd. Menilik prospektus, produk ini memutar 72,82% dana di saham, di obligasi 18,47% dan sisanya di instrumen lain. Sejumlah saham yang jadi pilihan diantaranya saham PT Bank Central Asia Tbk, PT Erajaya Swasembada Tbk dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk.

Pada kelompok reksadana pendapatan tetap, produk Panin Dana Utama Plus 2 menduduki peringkat pertama dengan return 12,8%.  Ridwan Soetedja, Direktur Panin Asset Management, mengatakan, Panin menempatkan porsi dana sekitar 53% pada Surat Utang Negara (SUN). Sementara sekitar 29% di obligasi korporasi dan sisanya di deposito dan rekening koran.

Direktur PT Infovesta Utama, Parto Kawito, mengatakan, pasar reksadana di 2012 cukup menarik seiring dengan penerbitan produk-produk reksadana anyar. Ada produk-produk baru yang baru diterbitkan di tahun ini, seperti penerbitan REIT (Real Estate Investment Trust) ataupun seperti reksadana indeks dengan aset dasar IDX 30. Ini menambah pilihan bagi investor.

Selain itu, kinerja reksadana juga masih tumbuh meskipun dihantui oleh fluktuasi pasar global yang berimbas pada pasar modal Indonesia. Sejumlah emiten masih sanggup mencatatkan kenaikan kinerja sehingga menopang kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG).

Meskipun emiten di sektor komoditas melempem, namun saham-saham sektor yang berhubungan dengan konsumsi domestik mampu menjadi pendorong IHSG.

Parto memprediksi, tahun depan reksadana saham masih akan mencatatkan kinerja yang bagus. Pasalnya, kata Parto, kinerja instrumen ini tidak akan terpengaruh oleh suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang diperkirakan akan merangkak naik di 2013 seiring tekanan inflasi.

"Kalau BI rate naik, yield obligasi akan naik sehingga akan berimbas pada kurang menariknya reksadana pendapatan tetap," ujar Parto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini