JAKARTA. Demi mencapai target dana kelolaan, manajer investasi (MI) berlomba merilis reksadana terproteksi di kuartal IV-2013. Reksadana terproteksi ini juga untuk menambal reksadana terproteksi yang telah jatuh tempo. Ambil contoh, PT Bahana TCW Investment Management, yang berencana menerbitkan dua produk hingga tiga produk baru reksadana terproteksi. Bahana melunucrkan produk ini untuk mencapai target dana kelolaan hingga akhir tahun. Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management, Edward P Lubis menyebutkan, total dana kelolaan Bahana saat ini sebesar Rp 20,5 triliun. Pihaknya mematok target dana kelolaan di akhir tahun sebesar Rp 22 triliun. "Kami mengejar target dana kelolaan dengan produk baru. Diharapkan produk baru ini bisa menyumbang dana kelolaan antara Rp 200 miliar sampai Rp 250 miliar per produk," kata Edward.
Edward bilang, reksadana terproteksi ini memiliki aset dasar berupa obligasi korporasi. Adapun, sektor obligasi korporasi ini terdiri dari obligasi dari sektor properti dan multifinance. Produk ini bertenor tiga tahun. Pihaknya menargetkan, produk ini bisa memberikan imbal hasil di atas 8% per tahun. Bahana menghitung, saat ini kondisi suku bunga deposito sudah melambung. Alhasil,
return produk terproteksi bisa ikut terkerek. Menurut Edward, produk ini tidak akan menarik jika imbal hasilnya di bawah 8%. Sepanjang tahun ini, reksadana terproteksi milik Bahana yang telah jatuh tempo sebesar Rp 1 triliun. Di sisa kuartal ini, masih ada lagi reksadana terproteksi Bahana yang jatuh tempo dengan besaran Rp 50 miliar. PT BNI Asset Management juga menempuh strategi yang sama. Tak tanggung-tanggung, Presiden Direktur PT BNI Asset Management, Idhamshah Runizam mengatakan, BNI Asset Management berniat meluncurkan delapan produk reksadana terproteksi hingga akhir tahun ini. Dana kelolaan BNI per September 2013 sebesar Rp 6,4 triliun. BNI berharap, delapan produk baru ini dapat menumbuhkan dana kelolaan menjadi Rp 7 triliun sampai Rp 7,5 triliun pada akhir tahun. "Kami berharap masing-masing produk ini dapat menyumbang dana kelolaan antara Rp 100 miliar - Rp 200 miliar," ungkap Idhamshah. PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen juga berhasrat menerbitkan dua reksadana terproteksi. Produk ini dijadwalkan akan keluar, November 2013. Besaran dana kelolaan yang ingin diraup pada masing-masing produk berkisar Rp 200 miliar sampai Rp 250 miliar. Batavia memprediksi, produk ini bisa memberi
return antara 8% sampai 8,5% per tahun. "Produk ini memiliki asset dasar berupa obligasi pemerintah dan juga obligasi korporasi bertenor tiga tahun," tutur Presiden Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Lilis Setiadi. Per 30 September 2013, total dana kelolaan Batavia mencapai Rp 12,48 triliun. Dari angka tersebut, porsi dana kelolaan reksadana terproteksi sebesar Rp 5,9 triliun. Sejak awal tahun, Batavia mencatat ada reksadana terproteksi jatuh tempo sebesar Rp 300 miliar.
Danareksa Investment Management dan Trimegah Asset Management pun akan merilis reksadana terproteksi di kuartal keempat ini. Berdasarkan pengumuman Kustodian Sentral Efek Indonesia, Trimegah meluncurkan reksadana terproteksi TRAM Terproteksi Prima VIII. Sedangkan, Danareksa merilis Danareksa Proteksi XIII dan Danareksa Terproteksi XIV. Lantaran reksadana terproteksi biasanya diterbitkan untuk menggantikan produk lama, maka pertumbuhan dana kelolaan reksadana jenis ini cenderung kecil. Bahkan, total dana kelolaan reksadana terproteksi turun. Berdasarkan catatan Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana terproteksi per September 2013 mencapai Rp 38,93 triliun. Angka ini turun 4,65% ketimbang akhir tahun 2012 yang masih sebesar Rp 40,83 triliun. Unit penyertaan total reksadana terproteksi pun turun 3,49% pada periode yang sama menjadi 18,88 miliar unit per September. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati